Rahasia Kualitas Salat Nabiﷺ yang Ringan bagi Umat ~ Pusaka Madinah

burnzone

AD (728x60)

Rahasia Kualitas Salat Nabiﷺ yang Ringan bagi Umat

"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]

Performa dan tampilan terbaik laman ini pada peramban Microsoft Edge. Khusus pengguna perangkat mobile: Apabila ada artikel yang tampilannya terpotong, silakan baca dalam mode landscape. Apabila masih terpotong, artinya artikel tersebut hanya nyaman dibaca via laptop atau PC.
landscape mode.


Adalah diriwayatkan bahwa Nabi Muḥammad Rasulullâhﷺ melakukan qiyamullail hingga bengkak-bengkak kedua kakinya, maka ‘Aisyah r.a. bertanya kepada Nabiﷺ, "Mengapa engkau melakukan ini wahai Rasulullâh? Bukankah Allâhﷻ telah mengampuni dosa engkau yang telah lalu dan yang akan datang?" Maka Rasulullâhﷺ bersabda,

أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا
“Tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?” (Hadis Muttafaq ‘Alaih)


Suatu hari penulis dan Mursyid Alm. K.H. Undang Sirad bicara berdua. Ketika itu beliau Alm. menceritakan sebuah pengalaman hingga sampai pada ujung cerita, ada momentum kami berdua terdiam sejenak. Kemudian terbit di hati penulis perasaan kagum pada mursyid yang duduk di hadapan. Detik berikutnya tiba-tiba beliau berucap, "Ini juga karena karunia Allâhﷻ, Dam. Kalau bukan karena karunia, manaaa...."

Dari dua fenomena yang disampaikan di atas, wajarlah jika kemudian penulis terpahamkan sebuah hikmah: betapa sebenarnya rahasia salat yang kadarnya sekualitas salat Nabiﷺ itu bukan hal yang tidak terbayangkan atau mustahil diraih oleh kelas umat seperti kita-kita. Sulit bukan berarti mustahil. Apalagi sudah Allâhﷻ patenkan dalam Quran bahwa pada diri Nabiﷺ itu ada teladan terbaik. Teladan bagi siapa? Bagi kita-kitalah umatnya semua.

Dari dua fenomena yang disampaikan di atas, wajarlah jika kemudian penulis terpahamkan hikmah: betapa sebenarnya rahasia salat yang kadarnya sekualitas salat Nabiﷺ itu paling tidak ialah salat yang karena dorongan rasa syukur atas segala nikmat karunia. Itulah makna hakiki perkataan "Lillāḥi ta`ala" dalam niat salat kita selama ini.

Kalau mau saklek, belumlah salat kita bernilai menapaktilasi teladan terbaik Nabiﷺ; belumlah kita menjadi umat sebenar Nabi Muḥammad Rasulullâhﷺ; belumlah salat kita memiliki nilai yang layak dipandang Allâhﷻ jika

  • kita salat karena supaya gugur kewajiban,
  • kita salat karena sudah terbiasa; kalau tidak salat rasanya ada yang kurang,
  • kita salat karena sudah terbiasa; kalau tidak salat timbul rasa berdosa, dan/atau
  • kita salat karena mengharap pahala-mendamba surga-Nya.

“Orang yang menyembah surga, ia mendambakan kenikmatannya, bukan mengharap Penciptanya. Orang yang menyembah neraka, ia takut akan pedih siksanya, bukan takut pada Penciptanya.” [Syaikh Abdul Qadir al-Jailani r.a. dalam Faṭur-Rabbani wal Faiḍur-Raḥmāni]



Oleh sebab salat itu ibadah utama, maka prasyarat kualitas ibadah kita lainnya juga senada dengan di atas:

  • bersedekah jangan karena sedang ada kelebihan rezeki atau iba pada penerima, melainkan dalam rangka bersyukur dan mensyukuri apa pun,
  • berniaga jangan untuk mencari untung saja, melainkan dalam rangka mensyukuri nikmat muamalah, atau
  • sekadar menyapu pekarangan juga jangan supaya bersih saja, melainkan dalam rangka mensyukuri karamah kauniyah jasad [pemegang buku Ilmu Sedikit untuk Segala²nya: Dasar-Dasar Tauhid Hakiki, silakan buka lagi hlm. 181].


Salat karena Syukur Bukan Kualitas Tertinggi

Sudah diketahui umat bahwa Nabi Muḥammad Rasulullâhﷺ ketika berbicara menyesuaikan dengan kadar pemahaman orang yang dihadapi. Sudah diketahui umat juga bahwa Nabi Muḥammad Rasulullâhﷺ itu dikaruniai Allâhﷻ salah satunya dengan sifat bicara yang singkat, tetapi padat. Patut diyakini umat juga betapa Nabi Muḥammad Rasulullâhﷺ memiliki firasat tajam bahwa segala perkataannya akan sampai pada umat akhir zaman.

Dalam hal kedalaman pemahaman, para ulama billāḥ mengelompokkan umat Nabi Muḥammad Rasulullâhﷺ itu ada yang awwam, ada yang khawwas, ada yang khawwasul khawwas. Ada yang paham sebatas syariat, ada yang paham sampai makrifat, ada juga yang terlebih dalam daripada kedua golongan tadi. “Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.” (Q.S Waqi’ah: 79)

Nah, riwayat hadis di awal tadi, mari kita kaitkan dengan hadis di bawah ini:

“Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan perang kepadanya, dan hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan, jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan kebaikan, maka Aku mencintai dia, jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-Ku, pasti Ku-lindungi. Dan Aku tidak ragu untuk melakukan sesuatu yang Aku menjadi pelakunya sendiri sebagaimana keragu-raguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang mukmin yang ia (khawatir) terhadap kematian itu, dan Aku sendiri khawatir ia merasakan kepedihan sakitnya.” (H.R. Bukhari 6021)


Di riwayat "salat sampai kaki bengkak-bengkak" di atas, Nabiﷺ melakukan salat sunat malam, bukan salat fardu. Di hadis tentang ciri wali Allâhﷻ tadi juga tentang lebih daripada ibadah yang diwajibkan. Kaitannya bagaimana ini?

Logikanya,
kalau sudah melaksanakan ibadah wajib atas dasar syukur, tentu minimal sudah terbit cinta pada Yang Maha. Kalau sudah cinta, tentu rindu ingin terus beserta. Maka dengan ibadah sunatlah dikejar nikmat rindu ketuhanan itu. Hingga tiba masanya kualitas salat dan ibadah seorang hamba itu sampai pada kualitas salat muntahi: yang menyembah dan Yang Disembah itu Esa.

Jadi, kualitas salat atas dasar syukur itu baru gerbang menuju billāḥi. Gerbang kebesertaan dengan Allâhﷻ. Beserta sampai tiada lagi rasa beserta. Bukan Allâh jadi kita atau kita jadi sama dengan Allâh, melainkan esa. Mudah-mudahan dipahamkan. Allâhua`lam.

Salat level muntahi? Ajaran dari mana itu?
Tentu ajaran dari Nabiﷺ juga melalui ulama-ulama billāḥ alias para wali yang disebut dalam hadis sebagai pewaris kenabian. Siapa mereka itu? Yaitu mereka yang disebut di hadis ciri wali Allâhﷻ di atas. Siapa mereka itu? Yaitu mereka yang dalam ajaran ilmu, amal, bahkan tindak-tanduknya tidak pernah menyalahi uṣul tawḥid maupun uṣul fiqh. Siapa mereka itu? Bukan ulama yang diulamakan manusia; bukan ulama yang menyuarakan kita perlu Islam ramah, bukan Islam marah di saat yang salah; bukan ulama yang sering muncul di TV atau media karena wali Allâh itu rahasia Allâhﷻ: baca lagi cermat-cermat H.R. Bukhari 6021 di atas.  Jadi jika Anda baru tahu ada salat level muntahi, siapa yang salah di sini?

"Tauhid hakiki ini ilmu para nabi dan wali, bukan ilmu ulama-ulama, ustaz-ustaz, kiyai-kiyai." — Alm. K.H. Undang Sirad

Bila ada satu kampung saja isinya orang yang salatnya sudah berkualitas salat syukur semua. Atau lebih dahsyat lagi, bila ada satu kampung ada satu kampung saja isinya orang yang salatnya sudah di level muntahi semua. Berarti satu kampung itu wali Allâhﷻ semua. Jika itu terpenuhi, binasa semua penista dan pengkhianat agama di mana pun berada. Jika itu terpenuhi, bisa jadi disegerakan Allâhﷻ hadirnya Mahdi. Dengan demikian, disegerakan pula terulangnya kejayaan Islam sebelum kiamat. Allâhua`lam.

Binasalah semua penista dan pengkhianat agama!

Sekali lagi,
meraih salat sekualitas Nabiﷺ itu bukan mustahil. Sulit bukan berarti mustahil. Apalagi sudah Allâhﷻ patenkan dalam Quran bahwa pada diri Nabiﷺ itu ada teladan terbaik. Teladan bagi siapa? Bagi kita-kitalah umatnya semua.

Bagaimana nabinya, demikian umatnya.

Semoga kami, penulis dan para pembaca, dikaruniai Allâhﷻ kemauan dan kemampuan untuk mengamalkan apa-apa yang dimuzakarahkan dalam tulisan ini sesuai dengan kadar kemampuan dan kualitas diri masing-masing. Āmīn.


Rahasia Kualitas Salat Nabiﷺ yang Ringan bagi Umat

Kolom komentar di bawah kami tutup agar pembahasannya terfokus di satu tempat. Jika ada pertanyaan dan/atau tanggapan terkait artikel ini, mari diskusikan bersama di page Pusaka Madinah — Tauhid Hakiki kita pada tautan berikut: Rahasia Salat Nabiﷺ

Rahasia Kualitas Salat Nabiﷺ yang Ringan bagi Umat
Adam Troy Effendy
By Pusaka Madinah
Published: 2019-07-14T20:52:00+07:00
Rahasia Kualitas Salat Nabiﷺ yang Ringan bagi Umat
5 411 reviews
Buku ISuS

Buku Ilmu Sedikit untuk Segala²nya

Sudah terbit buku untuk memudahkan Ikhwan/Akhwat memahami kajian tauhid hakiki yang termuat di situs ini secara lebih tersusun dari anak tangga pemahaman Islam yang paling dasar. Ikhwan yang berminat memiliki buku ini dapat menghubungi penerbitnya langsung di www.midaslearning.co.id

  • Untuk mengetahui seluk-beluk buku lebih komprehensif, lengkap dengan uraian per bab dan video garis besar kajian buku, silakan kunjungi landing page rekanan resmi kami di: www.bukutauhidhakiki.com
  • Untuk memesan buku dari rekanan resmi yang terdekat dengan kota Ikhwan/Akhwat, silakan kunjungi tautan ini: "Kami di Kota Anda".
"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]
Tags:
admin Pusaka Madinah

Pusaka Madinah adalah sebutan untuk ilmu, amal, dan muanayah tauhid hakiki yang menjelaskan sinergi syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat dari kalangan khawwasul khawwas yang disampaikan oleh Mursyid, K.H. Undang bin K.H. Sirad bin K.H. Yahya dengan sanad aly sebagai berikut: (1) Nabi Muhammad Rasulullah Saw., (2) Nabi Khidir a.s., (3) Abdul Aziz ad-Dabarq, (4) Abdul Wahab at-Tazi, (5) Ahmad bin Idris, (6) Muhammad Sanusi, (7) Muhammad Mahdi, dan (8) Muhammad Idris.

 

Barangsiapa menghendaki kebaikan bagi dirinya, niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. (Q.S. Al-Insan:29)

Copyright © Pusaka Madinah| Peta Situs | Designed by Templateism