Ulasan Puisi "Mendamba-Mu" oleh Eyangkung | Semesem.com ~ Pusaka Madinah

burnzone

AD (728x60)

Ulasan Puisi "Mendamba-Mu" oleh Eyangkung | Semesem.com

"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]

Performa dan tampilan terbaik laman ini pada peramban Microsoft Edge. Khusus pengguna perangkat mobile: Apabila ada artikel yang tampilannya terpotong, silakan baca dalam mode landscape. Apabila masih terpotong, artinya artikel tersebut hanya nyaman dibaca via laptop atau PC.
landscape mode.
Kali ini, dengan "terpaksa" dan tersipu-sipu, Sarang Muxlimo diisi dengan sebuah ulasan luar biasa dari seorang lansia yang juga luar biasa. Beliau adalah seorang sahabat maya yang amat saya hormati
Seorang pribadi yang selalu penuh semangat, pantang menyerah, matang, dan yang terpenting, telah berhasil mengatasi segala onak duri kehidupan ini dengan tabah dan bijaksana. Beliaulah Eyangkung, pengasuh laman Semesem: Pancaran Damai di Hati yang digandrungi setiap pengunjungnya karena memberikan aura yang adem dan bersahabat.


Foto bertajuk "Mesem" yang setia menghiasi Semesem.com
(Dari dulu penasaran dan belum sempat tanya ke Eyang,"Siapakah gadis cantik itu?" :D )
Mengapa saya bilang ulasan beliau ini luar biasa? Anda (terutama yang lulusan fakultas sastra) tak akan mengira sedang membaca sebuah ulasan/kritik sastra dari seorang insinyur pertanian. Ya, bukan sarjana sastra, lho! Luar biasa 'kan?!

Sebenarnya, Eyangkung juga meminta saya untuk mengulas ulang ulasan ini. Tapi.. saya tidak melakukannya karena saya setuju kok dengan seluruh isi ulasan beliau. 


selengkapnya...



Mendamba-Mu



aku mendamba-Mu dalam pencarian yang tak melelahkan selain rindu
                  hantui langkah-langkah menuju ketakpastian yang menggoda

                  aku mengharap-Mu dalam kenihilan yang pasti
                  karena diri menghela nafsi berharap menitis surga sejati
               
                 Adalah Kamu tiada dalam nyataku
                 atau aku terlalu hidup dalam khayalku
                 Adalah aku tangisi jasad hidup-hidup
                 apakah taklayak menuai hakiki

                 Pontianak, 26 Maret 2008


PUISI dengan judul “Mendamba-Mu” adalah adaptasi dari “Dari Matahaci untuk Makoto”. Sesuai penjelasan penulisnya adaptasi ini setelah ia berkenalan dengan ilmu tauhid. Adam Troy saya nilai sudah berhasil membuat puisi yang bernuansa religius dari semula bercorak puisi cinta seorang pria kepada wanita.
Puisi Adam semuanya memiliki kedalaman makna yang mengandung filosofis, pandangan hidup dan peri kehidupan.

Sekalipun bercerita soal cinta dan kerinduan (“Dari Matahaci untuk Makoto”) disana tidak ada kecengengan! Begitu diadaptasi menjadi puisi religius, maka semakin besar kedalaman maknanya, sehingga orang semakin sulit untuk mengurai maknanya. Perlu perenungan, pemahaman dan waktu. Begitu seorang pembaca yang berusaha mengungkap makna yang terkandung dalam puisi Adam, dengan perjalanan waktu kemudian bisa menyingkap makna yang terkandung didalamnya, itu menimbulkan kepuasan batin bagi pembacanya! Sekalipun belum tentu makna yang diungkap pembaca sama dengan makna sesuai maksud penulisnya. Inilah kelebihan puisi-puisi karya Adam.

Puisi Adam memang tidak banyak menggunakan kata-kata yang indah, tidak menggunakan gaya bahasa hyperbolis, bombastis. Tidak memusingkan intonasi dan kata-kata bersajak, tetapi kental dengan gaya personifikasi sehingga lebih membentuk kedewasaan dan kedalaman makna puisi tersebut. (baca puisi: KEHIDUPAN MALAM KEHIDUPAN).

Pembaca yang malas merenung, menelusur makna tiap bait, kurang peduli akan hakekat hidup tentu kurang cocok membaca puisi jenis ini. Artinya pembaca golongan ini tidak bisa melihat dan menilai keindahan serta kedalaman puisi semacam ini. Ia tidak sabar dan tidak telaten mengungkapkan pesan yang terkandung dalam puisi ini. Sifat puisi sebagai karya sastera memang mengandung pesan yang tersembunyi, tidak serta merta pembaca dapat mengartikan maknanya. Sikap, pola pikir dan kedewasaan pembaca memang sangat berpengaruh atas pemahaman puisi jenis ini. Dengan perkataan lain pembaca yang “belum dewasa” sikap dan pola pikir masih dangkal tidak tertarik dan sulit memahami puisi ini.

Seperti halnya orang awam yang tidak memiliki rasa seni rupa yang melihat lukisan pelukis terkenal gaya abstrak ia komentar: “Lukisan macam ini harganya kok mahal benar. Letak keindahannya di mana?” Oleh karena itulah tidak berlebihan kiranya apabila puisi karya Adam Troy ini perlu dibaca orang dalam hubungannya untuk “mendewasakan” pembaca………
Maka puisi gaya Adam Troy ini tidak cocok untuk diberikan kepada orang yang yang dicintai sebagai puisi cinta. Karena hanya membuat jidadnya berkerut-kerut bingung tidak tahu maksudnya. Padahal maksud penulis puisi untuk menyentuh hati dan memberi kesan indahnya cintaku kepada penerima puisi…… Ha, ha, haaa

Puisi Mendamba-Mu ini memang masih banyak menggunakan kalimat-kalimat puisi bentuk semula. Namun dengan perubahan penyusunan tulisan dan beberapa kata yang digunakan membuat puisi Mendamba-Mu berubah menjadi puisi yang semakin dalam maknanya dan sekaligus makin tidak mudah mengurainya.
Saya yang tidak banyak memahami ilmu tauhid (ke-Tuhanan-an) bisa merasakan kentalnya nuansa tauhid dalam Mendamba-Mu:

1). Baris-1, 2 bait-1:
Aku mendamba-Mu dalam pencarian
yang tak melelahkan selain rindu
dari bentuk semula: Aku mencintaimu dalam penantian
yang tak melelahkan selain rindu

Baris pertama ada perubahan mencintaimu menjadi mendamba-Mu dan penantian menjadi pencarian. Kosakata rindu berarti ingin sekali bertemu (dekat). Mendambakan berarti sangat merindukan. Mengapa mencintaimu diganti mendamba-Mu? Ini adalah pemahaman mendasarkan ilmu tauhid, banyak orang mengatakan bahwa Tuhan sebenarnya tidak membutuhkan dicintai manusia. Tuhan memberikan keinginan bebas (free will) kepada manusia. Tuhan membiarkan manusia akan mencintai atau memusuhi-Nya. Tuhan tidak akan berkurang keagungan, kemulyaan dan kasih sayang-Nya karena manusia tidak mencintai-Nya. Manusiaalah yang justru butuh dicintai, dikasihi dan dikasihani Tuhan. Maka orang yang beriman memandang Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang.

Berbeda seorang ayah/ibu memang butuh dicintai dan mencintai anaknya. Karena cinta bermakna memberi kepada yang dicintai yaitu memberi kebahagiaan. Tetapi Tuhan tidak butuh itu semua. Maka tepatlah penggunaan mendamba-Mu dibanding mencintai-Mu. Mendambakan berarti sangat ingin sekali bertemu, ingin berdekatan. Seorang hamba yang berdekatan dengan Tuhannya akan merasakan kehangatan, kebahagiaan dan ketenangan dalam hidupnya. Dekat dengan Tuhannya itulah yang didambakan Adam Troy. Maka konsistenlah perubahan baris-1 penantian menjadi pencarian. Karena manusialah yang butuh. Tidak hanya menanti yang konotasinya diam, pasif. Tetapi untuk mendapatkan yang diingini dekat dengan Tuhan, manusialah harus mencari. Berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan. Maka sangat mengena firman Tuhan yang berbunyi: Tuhan tidak akan merubah nasib kaum-Nya apabila ia sendiri tidak berusaha merubah nasibnya.

Dengan jitu sekali Adam menulis baris-2 dengan: “yang tak melelahkan selain rindu”. Adam ingin mengatakan bahwa usaha pencarian Tuhan, mencari kedekatan dengan Tuhan Sang Pencipta segala mahluk itu tidak membuat orang lelah atau kehabisan tenaga. Orang tidak perlu segan/malas karena kita tidak akan menderita lelah, kecuali rasa rindu. Rindu yang ingin sekali bertemu. Rindu yang kita alami kepada Tuhan saja sudah menumbuhkan rasa bahagia dan tenang, apalagi kalau kita bertemu/dekat dengan-Nya!! Sedangkan kerinduan kepada seseorang yang dicintai sering menumbuhkan rasa sepi, kosong nelangsa, perasaan gundah dan kegelisahan hidup.

Dua baris pertama bait-1 inilah essensi tauhid yang ingin diungkapkan Adam Troy. Seseorang yang ingin memperdalam ilmu tauhid kemudian diamalkan untuk sesama dengan gaya seorang sasterawan!
Dalam baris 3 dan 4 allurement yang sama penyair mengatakan: “hantui langkah-langkah -- menuju ketakpastian yang menggoda” Adam ingin menyampaikan pesan kepada pembacanya bahwa untuk dekat dengan Tuhannya dan merasa bahagia, kita harus lebih dulu mengenal siapa itu Allah Swt? Mengenal hakekat Tuhan itu sesuatu yang sangat sulit. Tetapi kita bisa melihat dan mengagumi karya-Nya, mendengar sapaan-Nya, mengagumi keagungan-Nya.

Adam pernah menulis hendaknya kita jangan “buta tauhid”. Karena orang yang buta tauhid langkah-langkahnya hanya menuju ketakpastian. Ketidak pastian semacam inilah yang sering menghantui langkah-langkah seseorang untuk menggapai kebahagiaan yang hakiki. Dengan baris-3 dan 4 Adam ingin mencanangkan bahwa agar dalam hidup kita tidak dihantui langkah-langkah yang membawa kita kepada tidak pastian, orang harus “melek tauhid”. Mempelajari ilmu tauhid. Dalama allurement pertama inilah dengan singkat Adam menggaris bawahi apa dan untuk apa ilmu tauhid. Dan seharusnya bagaimana seseorang untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akherat.

Dalam konsep ke-Tuhan-an Kristen ada firman yang berbunyi: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan akal budimu dan kasihilah sesamamu seperti diri sendiri.” Di sini ada istilah Kasihilah Tuhan Allahmu…… Padahal di depan tadi disebutkan Tuhan tidak butuh dicintai manusia. Pernyataan yang bertentangan? Sama sekali tidak! Kasih dan cinta mrmiliki arti yang sama tetapi makna yang berbeda. Arti mengasihi Tuhan Allah dalam ayat-ayat Injil disebutkan/dimaksudkan sebagai: mengikuti semua perintah Allah. Semua orang beriman tentu memahami bahwa firman Tuhan yang diajarkan lewat nabi-nabi-Nya intinya sama yaitu melakukan semua printah Tuhan dan menjauhi semua larangan-Nya!

2). Bait-2 baris-1: aku mengharap-Mu dalam kenihilan yang pasti adaptasi dari aku mendambamu dalam kenihilan yang pasti. Sebenarnya Adam lebih tepat untuk tetap menggunakan kata mendambamu menjadi mendamba-Mu dengan pengertian sama dengan makna mendamba-Mu baris-1 bait-1. Justru ini memberi pengulangan untuk lebih menegaskan dimana istilah mendamba-mu untuk judul puisi karya Adam ini

Mungkin Adam merubah menjadi mengharap-Mu karena ia menghindari gaya repetisi atau mungkin ia menggunakan mengharap-Mu untuk makna tertentu yang lebih dalam? Itu adalah hak penyair!
Kalimat kenihilan yang pasti memang accordant digunakan dalam hubungan antar manusia dengan kandungan banyak makna. Tetapi rasanya kurang tepat istilah itu digunakan hubungan manusia dengan Tuhan. Pengertian aku mengharap-Mu dalam kenihilan yang pasti. Ada kesan Tuhan dikaitkan dengan nihil=kosong=tidak ada apa-apa. Sedangkan keberadaan Tuhan itu sekalipun idak ada seorangpun pernah melihat-Nya namun Ia ada, selalu ada, nyata, bukan abstrak atau maya!

Maka baris-1 allurement kedua ini tetap terjaga konsistensinya apabila berbunyi: aku mendamba-Mu dalam pengharapan yang pasti. Dibanding: aku mengharap-Mu dalam kenihilan yang pasti.
Baris selanjutnya baris ke-2: karena diri menghela nafsi lebih tepat dipasang dibait-1 setelah baris ke-4: menuju ketakpastian yang menggoda. Merupakan satu alur pengertian yang menyatu.
Dengan demikian allurement kedua tinggal dua baris saja:
aku mendamba-Mu dalam pengharapan yang pasti
berharap menitis surga sejati

Sekalipun hanya dua baris tetapi tidak mengurangi kedalaman makna puisi dengan nuansa religi ini. Sekalipun baris ke-1 ada kata pengharapan, penggunaan kata berharap pada baris ke-2 bukanlah repetisi! Justru baris ke-1 dan 2 saling memperkuat.

3) Bait-3 terdiri dari dua baris yang maknanya kontradiktif. Tetapi ini sangat bagus maknanya. Orang mengartikan sifat keagungan Tuhan, sekalipun Ia tidak ada dalam kenyataanku tetapi Tuhan tetap ada dan selalu ada. Dan baris ke2 sebagai pengakuan penyair karena dirinya terlalu hidup dalam khayalnya. Dengan bait-3 ini Adam tetap mengagungkan Tuhan. Dan hal-hal yang tidak berjalan seharusnya karena kelemahan manusia, keterbatasan manusia yang rawan terjeblos godaan iblis., penyair mengekspressikan dengan: atau aku terlalu hidup dalam khayalku. Sangat menyentuh!

Perlu dikaji bait-3 ini ialah kata pertama dalam allurement , huruf pertama ditulis huruf besar. (A)dalah Kamu dst…. Kalau dimaksudkan penulisan macam itu dimaksudkan penyair sebagai makna yang terselubung, itu syah-syah saja. Dengan demikian penyair memberikan PR kepada pembaca menduga-duga apa maknanya? Tetapi bila penulisan semacam itu tidak dimaksudkan untuk mengandung makna dan pesan tertentu, lebih baik tetap pakai huruf kecil: (a)dalah, sehingga cara penulisan puisi ini seragam atau konsisten setiap baitnya . Demikian juga bait-3 ini bisa digabung dengan bait-2 yang keduanya mengandung pemaknaan yang kompak.

4) Bait-4 allurement terakhir sama halnya bait-3 tentang cara penulisan huruf pertama kata pertama kebetulan sama (A)dalah aku dst…. apabila memang penyair ingin menunjukkan bahwa ada makna yang tersembunyi dalam kata adalah tadi, maka untuk lebih menegaskan keinginan penyair, memang sangat taktis dan strategis bila menggabungkan bait-3 dengan bait-2 dan kata adalah sekalipun bukan awal baris tetap ditulis huruf besar (A)dalah dst……. Jadi lebih menarik perhatian ! Langkah ini mengarahkan/ mengisyaratkan pembaca untuk mengurai maknanya dengan penulisan seperti itu (Bukan awal allurement ditulis dengan huruf besar) Jadi bukan kebetulan, ketidak-sengajaan atau kesalahan redaksional.Cara semacam ini sering dilakukan penyair genius!

Membaca bait-4 allurement terakhir ini pembaca mendapat kesan penyair menjadikan allurement ini sebagai klimaks sekaligus ending. Kebetulan kandungan kalimat-kalimat ada unsur dramatis dan melankolis. Kebetulan juga untuk saya bait-4 ini batten sulit menyingkap maknanya. Tetapi merasa balm makna yang sangat dalam.!

Baris – 1: Adalah aku tangisi jazad hidup-hidup
Kalimat ini mengandung pemaknaan yang macam-macam. Jazad hidup .& Jasad hidup-hidup tentu mengandung makna yang berbeda. Namun nampak penyair sebenarnya merasa tindakan menangisi jazad hidup-hidup itu tidak benar. Ditandai dengan satu pertanyaan retorika seperti dalam baris berikutnya, baris terakhir:
apakah taklayak menuai hakiki

Apabila ada tanda baca “?” diakhir kalimat maka semakin kentara bahwa penyair mempersoalkan : jika sudah terlanjur dilakukan tindakan yang tidak benar tadi apakah tidak layak memperoleh kebenaran? Jadi pemberian tanda baca “?” lebih memberi dinamika. Ini mengarah juga pada pernyataan gugatan. Dan yang menjawab adalah para pembacanya sendiri dengan segala macam sikap pola pikir dan alasan pribadi. Di sini penyair ingin melontarkan pesan moral hendaknya orang harus selalu hati-hati dalam menjalani hidupnya agar supaya di akhir hidupnya orang bisa menuai kondisi hakekat hidup sesuai yang diajarkan Tuhan lewat rasul-rasulnya.

Kesimpulan:

  1. Puisi Mendamba-Mu ini sebagai puisi religi sangat bagus. Sementara secara umum puisi Adam Troy ini yang batten berbobot diantara puisi-puisi miliknya baik yang kelompok religi maupun non religi. Padat. Bernas. Berisi. Mengandung kedalaman makna sebagai bahan refleksi (renungan batin). Banyak pesan moral di dalamnya lugas maupun tersamar.
  2. Penyair berhasil mengadaptasi puisinya yang semula puisi cinta menjadi puisi religi dengan pembesutan beberapa bagian, yang memuat pesan moral yang tinggi.
  3. Salah satu dampak adaptasi puisi semacam ini ialah pengaturan allurement dan baris sering dipengaruhi pola pikir/tema puisi semula yang mengangkat hubungan accumbent menjadi hubungan vertical. Namun dengan sedikit penambahan atau penggantian kata puisi hasil akhirnya tampil mulus.Prosedur penyelesaian puisi ini beberapa tahap, termasuk pergantian nama judul yang berdampak perubahan beberapa kata/kalimat. Artinya hasil akhir puisi ini sudah mengalami pembesutan, perenungan panjang, alteration dan koreksi sehingga hasil akhir puisi ini ditulis sebagai kristalisasi rasa, cipta dan karya penyairnya. Artinya apa bila penyair sudah mantap dengan hasil akhir ini, SUDAH TIDAK PERLU DIRUBAH lagi untuk menyesuaikan kritik dan saran sesuai yang disebutkan ulasan puisi Mendamba-Mu.Sekalipun ulasan kritik dan saran ini dinilai bagus mengena dan masuk akal. Namun apa yang disampaikan ulasan ini digunakan sebagai referensi atau bahan prttimbangan untuk penyair ketika ia menulis puisi berikutnya.
  4. Penyusunan baris dan allurement dalam penulisan puisi adalah penting. Dengan bahan kalimat puitis yang sama dengan disusun dalam pembagian allurement yang tepat dengan baris-baris dalam allurement yang kompak serta seluruh baris awal sampai dengan akhir mengalir lancar, ini menambah nilai atau bobot puisi bersangkutan. Unsur ini sering kali diabaikan penyair. Mengapa?? Mungkin kurang pemahamannya

Demikianlah mas Adam,
Model ulasan hasil karya sastera cara Eyangkung. Mungkin dipandang terlalu panjang? Kebiasaan saya mengulas semacam ini karena saya tidak suka basa-basi. Pengamatan saya komentar dan tanggapan komentar di blog internet cenderung basa-basi: Wah, bagus. Saya suka, Nice announcement dan sejenisnya.
Seharusnya: Artikel ini menarik dipandang dari ini….. itu……. Atau Artikel ini lebih mengesankan lagi bila ditambah ini ….. itu……… Kayaknya tidak ada 5% blogger yang memberi serta menanggapi komentar di blog sesuai keinginan, bisa dihitung dengan jari. Seperti mas Muxlimo, mbak Siti Fatimah, Mama Murai, mas Setya, mas Budies dan beberapa yang lain. Jumlahnya sangat kecil. Padahal blogger menunjukkan sama pandai menulis artikel panjang-panjang dan cukup berbobot. Tetapi bila memberi komentar maupun menanggapi komentar hanya pendek. Lebih celaka lagi menulisnya dengan metode menulis SMS. Wah semakin tidak nyaman dibaca!

Mas Adam, penulisan sebuah puisi itu itu sifatnya sangat pribadi, maksud saya sebuah puisi itu menggambarkan ungkapan perasaan pribadi penulisnya. Maka sebuah puisi batten baik untuk penulisnya sendiri. Untuk mendorong blogger senang menulis puisi saya katakan: Tulis yang anda rasakan. Tidak perlu ragu-ragu apakah nanti disukai orang atau tidak, karena yang batten menyukai adalah anda sendiri.

Karena puisi itu sangat pribadi, maka ulasan/kritikan sebuah puisi juga bersifat pribadi. Jadi apa yang saya tulis dari awal sampai dengan akhir dalam ulasan ini adalah pribadi saya. Sedikit disana-sini menyinggung kaidah-kaidah penulisan sastera yang sebenarnya bukan bidang saya. Belum tentu benar secara kajian obyektif. Berkaitan ini saya punya saran: berikan puisi Mendamba-Mu kepada teman-teman lain yang bersedia memberikan ulasan macam ini dengan cara dan selera mereka sendiri-sendiri. Dari banyak pendapat inilah akan terkumpul referensi , dipilih mana-mana yang relevant. Saya percaya mas Adam tentu memiliki banyak teman-teman alum yang biisa membantu. Saya sendiri bisanya hanya minta bantuan blogger yang bernama Adam Troy, Muxlimo, Amrih Setya Prasaja, Siti Fatimah dan Mama Murai.

Mas Adam Troy S.S.,
Saya mengajak mas Adam untuk menyusun panduan sederhana menulis puisi. Sesuai pengalaman mas Adam dan saya. Kita susun bersama. Saya percaya ini bagi mas Adam adalah ibarat lauk dan nasi sehari-hari. Saya sendiri yang bidang pertanian saja terketuk untuk membikin panduan semacam itu yang saya kira dibutuhkan teman-teman lain. Setelah jadi tulisan itu sebagai karya kita berdua. Kalau hanya karya mas Adam sendiri tentu tidak ada yang mau diajak kerjasama karena dihadapan mas Adam mereka pada minder! Kenapa eyangkung yang petani tua ini tidak minder? Karena saya yakin dengan usia saya setua ini tentu tidak akan orang lain tega mempermalukan. Ha, ha, haaaaa……

Setelah tulisan kita jadi, itu tidak final. Kita mintakan tanggapan dan tambahan blogger lain yang berminat sama. Kerja sama lewat dunia maya. Langkah inilah saya yang blogger kemarin abscessed mendahului yang lain untuk bereksprimen dan eksprimen. Nanti saatnya saya sampaikan eksprimen-2 dan hasilnya yang sudah saya tempuh. Karena saya juga ingin mengajak mas Adam kerjasama membuat eksprimen2 yang lain.
Untuk pertama ini kita bikin panduan cara menulis puisi. OK . Saya tunggu !!

Satu saran:
Setiap mas Adam membuat karya tulis yang bersifat sastera, bahasa, budaya sebaiknya dibelakang nama Adam ditambah S.S. Sebaliknya karya tulis saya yang bersifat sastera/bahasa sangat tidak baik nama saya penulisnya Ir. .... Kenapa? Karena dari pengamatan saya masih berlaku: kecenderungan orang bersikap melihat SIAPA yang mengatakan, bukan APA yang dikatakan. Hal inipun sudah pernah saya uji coba. Hasilnya significant! Mengenai penggunaan nama gelar, orang tidak menggunakan dengan alasan rendah hati. Salah! Ini menunjukkan ia tidak professional.

Pada saat saya menulis tema: “Pengaruh Keterlambatan Penyiraman Setelah Pemupukan Tebu” kalau saya cantumkan gelar saya sebagai penulisnya itu adalah langkah taktis, sugestif, motivative. Tetapi ketika saya menulis: “Judul cerpen, bagaimana cara membuatnya?” Gelar harus saya sembunyikan. Inilah yang disebut professional!

Ulasan puisi Mendamba-Mu ini bila di belakang nama saya ada SS tentu orang pada mengangguk-angguk. Tetapi setelah tahu itu karya Eyangkung, tentu banyak orang mencibir. Eyangkung mengada-ada! Hanya orang-orang yang bersikap seperti Adam Troy, S.S. Yang mampu menilai secara obyektif proporsional.

Saya tergolong orang yang tidak senang berbasa-basi. Oleh karena itu bila saya mengatakan ini bagus. Saya mengagumi. Ini adalah sebenarnya menurut penilaian saya. Sebaliknya untuk pesan perbaikan saya akan mengatakan: “Ini lebih bagus bila ditambah ini, itu……..”

Mas Adam,
Ulasan saya atas puisi Mendamba-Mu itu banyak saya bicara soal tauhid atau ke-Tuhan-an karena saya lihat puisi itu ingin bicara soal itu. Istilah tauhid sendiri saya baru tahu setelah saya bergabung diblog Muxlimo. Dengan sering kita share/diskusi, banyak saya baca tulisan-tulisan mas Adam menambah pemahaman saya soal ke-Tuhan-an. Saya sendiri berpandangan ilmu ke-Tuhanan-an itu agama apapun prisipnya sama. Pada saat Eyangkung semuda kamu bisaa dikatakan tak pernah berbicara religius. Baru setelah tua ini banyak menekuni agama yang saya peluk juga belajar agama lain (Islam). Oleh karena itu bila ulasan saya sehubungan dengan tauhid banyak kekurangannya tentu mas Adam sangat memahaminya.
Saya pikir ulasan saya ini bagus dibikin juga ulasan oleh mas Adam. Jadi ulasan yang diulas! Sehingga mas Adam biisa meluruskan pemahaman saya yang kurang tepat dalam hal sastera terlebih tentang tauhid, sangat tepatlah bila yang meluruskan berkapasitas seorang guru. Bukankah Adam Troy itu authority saya untuk mengenal ilmu tauhid? Haiyaaaaa. Perlukah saya membuat puisi untuk mengekspresikan kekaguman saya kepada authority saya? Ha, ha, haaaa………….
Saya tunggu ulasan atas ulasan puisi Mendamba-Mu. Saya percaya dengan cara ini kita akan maju bersama. Saya tunggu. OK
Ulasan Puisi "Mendamba-Mu" oleh Eyangkung | Semesem.com
Adam Troy Effendy
By Pusaka Madinah
Published: 2011-03-16T21:12:00+07:00
Ulasan Puisi "Mendamba-Mu" oleh Eyangkung | Semesem.com
5 411 reviews
Buku ISuS

Buku Ilmu Sedikit untuk Segala²nya

Sudah terbit buku untuk memudahkan Ikhwan/Akhwat memahami kajian tauhid hakiki yang termuat di situs ini secara lebih tersusun dari anak tangga pemahaman Islam yang paling dasar. Ikhwan yang berminat memiliki buku ini dapat menghubungi penerbitnya langsung di www.midaslearning.co.id

  • Untuk mengetahui seluk-beluk buku lebih komprehensif, lengkap dengan uraian per bab dan video garis besar kajian buku, silakan kunjungi landing page rekanan resmi kami di: www.bukutauhidhakiki.com
  • Untuk memesan buku dari rekanan resmi yang terdekat dengan kota Ikhwan/Akhwat, silakan kunjungi tautan ini: "Kami di Kota Anda".
"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]
Tags: ,
admin Pusaka Madinah

Pusaka Madinah adalah sebutan untuk ilmu, amal, dan muanayah tauhid hakiki yang menjelaskan sinergi syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat dari kalangan khawwasul khawwas yang disampaikan oleh Mursyid, K.H. Undang bin K.H. Sirad bin K.H. Yahya dengan sanad aly sebagai berikut: (1) Nabi Muhammad Rasulullah Saw., (2) Nabi Khidir a.s., (3) Abdul Aziz ad-Dabarq, (4) Abdul Wahab at-Tazi, (5) Ahmad bin Idris, (6) Muhammad Sanusi, (7) Muhammad Mahdi, dan (8) Muhammad Idris.

0 komentar:

 

Barangsiapa menghendaki kebaikan bagi dirinya, niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. (Q.S. Al-Insan:29)

Copyright © Pusaka Madinah| Peta Situs | Designed by Templateism