Makrifat Mengesakan Af`al Allah [Kitab Makrifat Ahlullah] ~ Pusaka Madinah

burnzone

AD (728x60)

Makrifat Mengesakan Af`al Allah [Kitab Makrifat Ahlullah]

"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]

Performa dan tampilan terbaik laman ini pada peramban Microsoft Edge. Khusus pengguna perangkat mobile: Apabila ada artikel yang tampilannya terpotong, silakan baca dalam mode landscape. Apabila masih terpotong, artinya artikel tersebut hanya nyaman dibaca via laptop atau PC.
landscape mode.
Pandanglah pada sekalian alam dan pada diri kita, semuanya itu Wahdaniyah Af`al (keesaan Perbuatan) Allah. Artinya, tiada yang memperbuat sekalian alam dan diri kita melainkan satu yang punya perbuatan, yaitu Allah Ta`ala.

Sekalian perbuatan yang berlaku di dalam alam ini ada perbuatan yang baik, seperti iman dan taat. Ada juga perbuatan yang jahat, seperti kafir dan maksiat. Ada juga perbuatan mubasyarah, yaitu perbuatan yang disertai usaha atau ikhtiar, seperti gerak pena pada orang yang menulis. Ada juga perbuatan tawallud, yaitu perbuatan yang terjadi dari perbuatan mubasyarah, seperti terjadinya tulisan oleh orang yang menulis. Semua yang ada itu, yang diterangkan di atas, sumber perbuatan itu adalah dari perbuatan Allah Ta`ala yang mengadakannya.

Pandanglah dengan haqqul yaqin, barulah kita bisa mendapatkan makrifat wahdaniyah Af`al Allah. Apabila makrifat wahdaniyah Af`al Allah tetap kekal, fana` (sirna)-lah akan sekalian af`al makhluk.
Kalau sudah fana` af`al makhluk kepada Af`al Allah, lepaslah kita dari syirik khafi (halus), ujub, riya, sum`ah, dan sebagainya. Inilah orang ahli tauhid yang sebenarnya. Mufakat makrifatnya dengan Quran dan hadis serta ijma ulama.

Firman Allah:
خَلَقَكُمۡ وَمَا تَعۡمَلُونَوَٱللَّهُ
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu. (Q.S. Shaffat: 96)

قُلۡ كُلٌّ۬ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِ‌ۖ فَمَالِ هَـٰٓؤُلَآءِ ٱلۡقَوۡمِ لَا يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ حَدِيثً۬ا
Katakanlah: "Semuanya [datang] dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu [orang munafik] hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (Q.S. an-Nisa:78)

Sabda Nabi Saw.:
“Tidak bergerak satu zarah pun selain dengan izin Allah.”

Kata Sayyidina Umar bin al-Farid r.a.:
“Jikalau terlintas di dalam hatiku suatu kehendak akan yang lain selain Allah atas hatiku, jika dengan lupa sekalipun, niscaya aku hukumkan diriku ini murtad.”


Sudah nyatalah sekaliannya dengan firman, hadis, dan perkataan para sahabat bahwa makrifat ahlussunnah wal jama`ah menyatakan usaha atau ikhtiar makhluk tidak memberi bekas. Artinya, usaha atau ikhtiar makhluk tidak bisa mengadakan yang tidak ada menjadi ada. Makhluk sekali-kali tidak mempunyai perbuatan karena tidak bisa meng-ada-kan yang tidak ada menjadi ada. Hanya perbuatan Tuhan saja yang bisa meng-ada-kan dari tidak ada menjadi ada.

Adapun yang ada pada sekalian alam ini tetap Af`al Allah Ta`ala karena wahdaniyah Af`al Allah itu tidak kamuttasil dan kamunfasil. Kamuttasil artinya berbilang-bilang atau bersuku-suku. Kamunfasil artinya berpecah-pecah atau berbagi-bagi.

Segala perbuatan makhluk tidak bisa becerai dengan Yang Punya Perbuatan, tetaplah Perbuatan Allah juga yang mengadakan pada diri makhluk. Oleh sebab itu yang ada pada makhluk hanya sebatas usaha atau ikhtiar yang tidak memberi bekas sama sekali. Itulah sebabnya pada diri makhluk berlaku hukum syara`.

Barang siapa mengusahakan Perintah (`Amr) Allah Ta`ala dibalas dengan surga, sedangkan yang mengusahakan Larangan (Nahi) Allah Ta`ala dibalas dengan neraka. Maka dalam hidup ini janganlah kita melampaui syariat Nabi Muhammad Saw. atau syariat Muhammadiyah. Jika melampaui, bisa menjadi kafir zindik.

Seperti kata Sultanul Awliya Abdul Qadir al-Jailani:
“Tiap-tiap hakikat yang tiada disertai syariat, maka zindik.”

Kata Imam Junayd al-Burdadi:
“Barang siapa mengetahui ilmu fikih, yaitu ilmu syariat dengan tiada mengetahui ilmu tasawuf, yaitu ilmu hakikat, sesungguhnya orang itu fasik dan barang siapa mengetahui ilmu tasawuf, yaitu ilmu hakikat dengan tidak mengetahui ilmu fikih, yaitu syariat, sesungguhnya orang itu zindik. Barang siapa mempunyai kedua ilmu itu, yaitu fikih dan tasawuf atau syariat dan hakikat, sesungguhnya orang itu tauhid yang sebenarnya (mukmin yang sebenarnya)."

Kata ulama tasawuf:
“Bermula syariat dengan tiada hakikat adalah hampa dan hakikat dengan tiada syariat adalah batal".

Dalam menjalani hidup ini berpeganglah dengan adab yang sempurna. Pahamilah pengertian syariat dan hakikat. Janganlah kita sandarkan segala kejahatan kepada Allah atau menghina Allah Ta`ala. Seperti kita berbuat jahat, yakni berzina dan berbuat keharaman dan meringan-ringankan syariat. Pada hakikatnya, semua (hukum syara`) itu Allah Swt. yang membuatnya. Jika kamu lalu melimpahkan semuanya Allah Ta`ala yang berbuat, pendapat seperti ini menjadikan kekafiran. Wajib atas kita mengamalan adab yang difirmankan Allah Swt.

مَّآ أَصَابَكَ مِنۡ حَسَنَةٍ۬ فَمِنَ ٱللَّهِ‌ۖ
وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ۬ فَمِن نَّفۡسِكَ‌ۚ
Apa saja ni’mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari [kesalahan] dirimu sendiri. (Q.S. an-Nisa:79)

Dari firman di atas, nyatalah Allah tidak bersifat zalim terhadap hamba-Nya dan tidak boleh kita sandarkan kejahatan pada Allah dan kita tuduh Alah juga yang berbuat kejahatan.

Wajib kita memelihara diri agar tidak tergelincir menjadi kaum yang sesat, yaitu kaum yang mengi`tikadkan perbuatan hamba disandarkannya semua pada Allah. Dari firman di atas, terbagilah umat menjadi empat kaum, yaitu
  • kaum Qadariyah, yakni kaum yang mengi`tikadkan segala perbuatan hamba semuanya dari kuasa (qudrat) hamba yang baharu dan perbuatan hamba itu memberi bekas. Kaum seperti ini adalah kaum yang lalai, tidak dipandangnya qudrat yang ada pada dirinya itu sebagai karunia dari Qudrat Allah Ta`ala.
  • kaum Jabariyah, yakni kaum yang mengi`tikadkan segala perbuatan hamba semuanya dari Allah Ta`ala dan dalam keyakinan mereka hamba tidak ada sama sekali. Usaha atau ikhtiar hamba hanya seperti bulu yang diterbangkan oleh angin: tidak ada apa-apanya. Semuanya disandarkan pada Allah Ta`ala sehingga dia membunuh orang pun dikatakannya Allah yang membunuh. Mereka pun tidak memakai hukum syara` lagi. Inilah kafir zindik.
  • kaum Ahlussunah wal jama`ah, yakni kaum yang mengi`tikadkan semua perbuatan hamba itu dari Allah, yang ada pada hamba hanya usaha atau ikhtiar yang tidak bisa memberi bekas, artinya tidak bisa mengadakan yang tidak ada menjadi ada. Semua yang menentukan, yang ada pada hamba hanya usaha atau ikhtiar.
  • kaum Ahlul Kasyaf, yaitu kaum yang dianugerahi Allah Ta`ala terbuka dinding rahasia alam sehingga mereka memandang dengan sebenar-benarnya (fil hakiki) dengan pandangan makrifat dan zauq wajidan.


Jika kita senantiasa memusyahadahkan segala perbuatan yang ada pada sekalian alam dengan cara yang telah diterangkan di atas hingga fana-lah af`al makhluk pada Af`al Allah Ta`ala. Inilah orang ahli tauhid yang sebenarnya dan memperoleh dua nikmat.
وَلِمَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ جَنَّتَانِ
Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.(Q.S. ar-Rahman: 46)


Surga pertama adalah surga ma`rifatullah (pengenalan akan Tuhan) di alam dunia. Surga kedua adalah surga yang ada di akhirat.


Ketahuilah maqam (kedudukan) tauhidul Af`al itu, yaitu maqam terendah dari segala maqam orang arif billah, tetapi dengan maqam yang di bawah inilah kita bisa sampai pada maqam yang lebih tinggi. Maqam inilah yang mula-mula dianugerahkan Allah Ta`ala pada seorang salik dan seorang majzub.

  • Salik, yaitu orang yang bersungguh-sungguh berjuang dalam ibadah dengan riyadah (pelatihan) dan mujahadah (kesungguhan) serta mengamalkan segala wirid yang diijazahkan gurunya. 
  • Majzub, yaitu orang yang dikaruinai Allah Ta`ala dengan tiba-tiba memperoleh makrifat tauhidul af`al, tauhidul asma, tauhidul shifat, dan tauhidul zat tanpa berbuat ibadah dari petunjuk dan ijazah guru, melainkan semata-mata dari petunjuk Allah Ta`ala

Sementara itu ada pula orang arif billah, yaitu orang yang mengenal Allah Ta`ala dan mengenali dirinya dan dapat membedakan antara Khalik dan makhluk sehingga sempurna musyahadah-nya (penyaksiannya) pada Allah Ta`ala.


Makrifat Mengesakan Af`al Allah [Kitab Makrifat Ahlullah]
Adam Troy Effendy
By Pusaka Madinah
Published: 2014-02-17T20:51:00+07:00
Makrifat Mengesakan Af`al Allah [Kitab Makrifat Ahlullah]
5 411 reviews
Buku ISuS

Buku Ilmu Sedikit untuk Segala²nya

Sudah terbit buku untuk memudahkan Ikhwan/Akhwat memahami kajian tauhid hakiki yang termuat di situs ini secara lebih tersusun dari anak tangga pemahaman Islam yang paling dasar. Ikhwan yang berminat memiliki buku ini dapat menghubungi penerbitnya langsung di www.midaslearning.co.id

  • Untuk mengetahui seluk-beluk buku lebih komprehensif, lengkap dengan uraian per bab dan video garis besar kajian buku, silakan kunjungi landing page rekanan resmi kami di: www.bukutauhidhakiki.com
  • Untuk memesan buku dari rekanan resmi yang terdekat dengan kota Ikhwan/Akhwat, silakan kunjungi tautan ini: "Kami di Kota Anda".
"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]
Tags: ,
admin Pusaka Madinah

Pusaka Madinah adalah sebutan untuk ilmu, amal, dan muanayah tauhid hakiki yang menjelaskan sinergi syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat dari kalangan khawwasul khawwas yang disampaikan oleh Mursyid, K.H. Undang bin K.H. Sirad bin K.H. Yahya dengan sanad aly sebagai berikut: (1) Nabi Muhammad Rasulullah Saw., (2) Nabi Khidir a.s., (3) Abdul Aziz ad-Dabarq, (4) Abdul Wahab at-Tazi, (5) Ahmad bin Idris, (6) Muhammad Sanusi, (7) Muhammad Mahdi, dan (8) Muhammad Idris.

 

Barangsiapa menghendaki kebaikan bagi dirinya, niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. (Q.S. Al-Insan:29)

Copyright © Pusaka Madinah| Peta Situs | Designed by Templateism