Sejarah Nabi Musa Mengungkap Jati Diri Iskandar Dzulqarnain ~ Pusaka Madinah

burnzone

AD (728x60)

Sejarah Nabi Musa Mengungkap Jati Diri Iskandar Dzulqarnain

"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]

Performa dan tampilan terbaik laman ini pada peramban Microsoft Edge. Khusus pengguna perangkat mobile: Apabila ada artikel yang tampilannya terpotong, silakan baca dalam mode landscape. Apabila masih terpotong, artinya artikel tersebut hanya nyaman dibaca via laptop atau PC.
landscape mode.


Sebelum ini:


Sumber-sumber rujukan sejarah menunjukkan banyak sekali peristiwa sejarah yang menegaskan bahwa Akhnaton (Akhenaten, Tutankhamun) hidup semasa dan bersahabat dengan Nabi Musa a.s. . Hal ini turut membuktikan adanya pertalian antara Nabi Musa a.s. dengan dinasti ke-18 yang merupakan asal-usul Akhnaton sebagai salah seorang dari bagian dinasti tersebut. Bukti dan fakta-fakta tersebut diterangkan dalam beberapa poin berikut ini:


Nabi Musa a.s. Lahir dan Besar pada Masa Kerajaan Amnahotab II

Sumber-sumber sejarah menyebutkan bahwa Nabi Musa a.s. lahir di Mesir sekira tahun 1436 SM dan wafat pada 1316 SM. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Nabi Musa a.s. lahir pada periode dinasti Firaun ke-18, yaitu dinasti yang muncul setelah berakhirnya kekuasaan Hyksos di Mesir. Hal ini juga berarti bahwa Nabi Musa a.s. lahir pada periode raja Firaun Amnahotab II (Amenhotep II) yang berkuasa sejak 1450 SM hingga 1425 SM. Dia adalah ayah dari Tahotames IV, kakek Akhnaton.


Senyum Firaun yang aslinya berdarah dingin-bertangan besi.


Raja Amnahotab II ini sangat terkenal dengan perlakuan bengis dan kejam. Berbagai lukisan dan ukiran banyak menggambarkan betapa kejinya Raja Amnahotab II ini. Fakta tersebut sesuai dengan gambaran yang dituliskan Al-Quran mengenai sosok raja Firaun di Mesir pada periode tersebut.

Dalam Al-Quran juga dijelaskan bahwa pada masa kecil dan masa mudanya, Nabi Musa hidup di dalam istana raja Firaun di Mesir. Beliau berada di dalam dunia istana Firaun hingga dewasa, yaitu hingga berumur antara 30-40 tahun. Pada masa itu kekuasaan telah jatuh ke tangan Tahotames IV yang berkuasa sejak 1425 SM hingga 1408 SM. Kemudian tampuk kekuasaan dilanjutkan oleh Amnahotab III, ayah Akhnaton, yang berkuasa sejak tahun 1408 SM hingga 1372 SM. Di sela-sela periode terakhir inilah Akhnaton dilahirkan.

Kemungkinan besar di sela-sela periode berkuasanya ayah dari Akhnaton, atau pada sepuluh tahun pertama dari kekuasaannya, Nabi Musa a.s. dan Akhnaton hidup bersama di dalam istana yang sama. Yaitu ketika umur Musa berusia 40 tahun. Sangat mungkin pula bahwa orang yang menyampaikan perihal konspirasi jahat yang akan berlaku kepada Musa setelah beliau membunuh orang Mesir, dan menyarankan agar beliau segera keluar meninggalkan Mesir adalah Akhnaton.


Akhnaton adalah Orang Beriman yang Membela Nabi Musa

Ketika Nabi Musa a.s. keluar dari Mesir menuju negeri Madyan, belum ada rasul yang diutus. Usia Musa sendiri berada dalam kisaran 40 tahun, sementera usia Akhnaton pada saat itu sekira 20 tahun. Nabi Musa menetap di negeri Madyan selama sepuluh tahun, kemudian kembali lagi ke Mesir. Kala itu Allah telah mengangkat Musa sebagai rasul-Nya kepada Bani Israel dan Firaun beserta kaumnya.

Al-Quran menggambarkan pertemuan-pertemuan yang terjadi antara Nabi Musa a.s. dengan Firaun untuk menyampaikan ayat-ayat Allah Swt., sikap Firaun beserta kaumnya dalam menerima ajaran tersebut, dan ancaman Firaun yang akan membunuh Nabi Musa a.s. beserta kaumnya. Dalam kondisi genting ini, Al-Quran memberitahukan perihal munculnya seorang lelaki beriman dari keluarga Firaun yang menyembunyikan keimanannya, dengan berkata, "Apakah kamu akan membunuh seseorang karena ia berkata, 'Rabbku adalah Allah..." (Al-Mukmin:28)

Jika dianalisis, perkataan lelaki tersebut sangat tegas menyiratkan keimanannya, meski ia berusaha menyembunyikan keimanan tersebut. Namun, yang cukup menarik untuk diperhatikan adalah meski lelaki beriman ini menuturkan wejangan, Firaun dan orang-orang kepercayaannya tidak mengambil sikap penolakan atau perlawanan secara terang-terangan terhadap pendapa lelaki tersebut. Firaun hanya dapat mengucapkan, "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". Demikianlah dijadikan Firaun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan [yang benar]; dan tipu daya Firaun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian. (Al-Mukmin:36-37)

Ucapan-ucapan Firaun ini dilontarkan silih berganti dengan ucapan yang dikemukakan oleh lelaki beriman. Namun, semua perkataan yang dilontarkan Firaun sama sekali tidak mengandung kemurkaan, tekanan, atau intimidasi terhadap lelaki beriman tersebut. Meskipun, pembicaraan lelaki itu sangat keras menentang Firaun. Tentu saja, itu merupakan keanehan tersendiri. Keanehan itu semakin bertambah karena orang-orang kepercayaan Firaun, terutama Haman dan Qarun, tidak menyarankan Firaun untuk membunuh lelaki beriman tersebut, atau menuduhnya sebagai tukang sihir sebagaimana yang mereka lakukan terhadap Musa.

Jika dianalisis, satu-satunya alasan kuat terkait keanehan sikap Firaun dan pengikutnya tersebut lantaran sang lelaki beriman memiliki posisi istimewa di sisi Firaun. Yakni kedudukan yang membuat Firaun enggan untuk melawan dan menghukum lelaki tersebut di hadapan orang-orang kepercayaannya. Sikap ini bak sikap seorang bapak kepada anaknya. Hal ini pula yang membuat Haman dan Qarun tidak berani menganjurkan Firaun untuk membunuh lelaki beriman tersebut karena takut jika Firaun akan murka kepada mereka. Di samping juga karena takut kepada lelaki itu sendiri, yang diprediksi akan menduduki kursi kerajaan dan menggantikan posisi bapaknya, sebagai Amnahotab III sebagai raja.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, dapat diyakini bahwa lelaki beriman yang disebutkan di dalam surah Al-Mukmin tersebut tidak lain adalah anak Firaun sendiri, yakni Amnahotab IV yang kelak menamakan dirinya sebagai Akhnaton dan disebut dengan Dzulqarnain.

Dalil terpenting yang dinyatakan Al-Quran serta menguatkan asumsi ini adalah, bahwa dalam episode pertemuan antara Musa, Firaun beserta pengikutnya, Al-Quran menyatakan bahwa lelaki beriman ini berasal dari keluarga Firaun. Hal ini memperkuat asumsi bahwa lelaki yang dimaksud adalah anak dari Firaun. Terutama merujuk pada sejarah Mesir kuno yang tidak pernah menyatakan sosok jati diri orang yang beriman dari keluarga Firaun selain Akhnaton.


Simpulan Penting dari Kisah Lelaki Beriman dalam Surah Al-Mukmin

Beberapa ayat Al-Quran yang terdapat dalam surah Al-Mukmin banyak memuat kisah yang menyingkap rahasia sejarah. Khususnya yang berhubungan dengan sejarah Mesir dalam periode tersebut. Jika dirangkum, ada beberapa hal yang bisa disimpulkan dari kisah lelaki beriman saat bertemu dengan Musa beserta Firaun dan pengikutnya.

Simpulan pertama, Musa hidup dan berinteraksi dengan beberapa raja Firaun, bukan dengan seorang raja Firaun saja. Karena menurut beberapa sumber sejarah, Musa lahir pada tahun 1436 SM dan wafat sekira 1316 SM. Hal ini berarti, selama hidup di Mesir, Musa telah beriteraksi dengan beberapa raja Firaun dalam periode yang berbeda-beda.

Simpulan kedua, jika merujuk pada sumber-sumber sejarah Mesir seputar masa kelahiran dan wafatnya nabi Musa a.s. dapat ditemukan fakta bahwa Firaun, Amnahotab II, adalah penguasa Mesir pada waktu lahirnya Musa. Karena Firaun tersebut berkuasa dalam kurun waktu 1450 SM-1425 SM. Dengan demikian, Firaun inilah yang digambarkan Al-Quran sebagai sosok Firaun yang berbuat sewenang-wenang dan angkuh di muka bumi. Dialah yang menjadikan penduduknya berpecah-belah, menindas Bani Israel, dan menyembelih anak-anak lelaki mereka. Di samping itu, dia jugalah yang menyuruh istrinya untuk mengangkat Nabi Musa sebagai anak, dan dibesarkan dalam istana selama beberapa masa.

Simpulan ketiga, setelah Amnahotab II wafat, Tahotames IV mengambil alih tampuk kerajaan sejak tahun 1425 SM hingga 1408 SM. Kala itu umur Nabi Musa masih sangat muda. Al-Quran menggambarkan bahwa pada masa itulah Musa keluar dari istana Firaun melalui berbagai peristiwa hingga membuatnya harus hijrah ke negeri Madyan. Di negeri tersebut Musa menetap selama sedikitnya sepuluh tahun. Jika dianalisis, kepergian Nabi Musa a.s. ke negeri Madyan dimulai pada periode kekuasaan Amnahotab III yang berkuasa sejak tahun 1408, ayah dari Akhnaton alias Dzulqarnain.

Dari peristiwa tersebut juga disimpulkan bahwa Firaun beserta pengikutnya terus bersikap sombong dan kufur meski Nabi Musa a.s. telah memberikan banyak bukti mengenai keesaan Allah Swt.  Karena itu, Allah pun menurunkan berbagai jenis azab kepada mereka. Namun, mereka tetap tidak berubah dan membuat Nabi Musa a.s. berdoa untuk kebinasaan mereka. Hingga datanglah izin Allah kepada Musa agar dia bersama kaumnya keluar dari Mesir menuju dataran Sinai dengan menyeberangi Laut Merah. Firaun beserta bala tentaranya mengejar mereka.  Namun, Allah menenggelamkan mereka di dalam lautan dan menyelamatkan Nabi Musa a.s. beserta kaumnya.


Akhnaton tidak ikut dalam rombongan pengejar Musa a.s. di Laut Merah


Simpulan terakhir yang bisa dipetik dari kisah ini adalah, peristiwa penyeberangan laut yang dilakukan Musa bersama kaumnya terjadi pada akhir masa kekuasaan Amnahotab III, atau sekira tahun 1372 SM. Hal itu menunjukkan bahwa Firaun yang ditenggelamkan di Laut Merah dan jasadnya diselamatkan Allah adalah Amnahotab III, bukan Ramses, seperti yang tertulis dalam sejumlah referensi. Sebab, kalangan Ramses (kumpulan raja-raja Firaun yang menggunakan gelar Ramses) berasal dari dua dinasti, yaitu dinasti ke-19 dan dinasti ke-20 yang periode kekuasaannya dimulai pada tahun 1304 M. Sementara kisah Nabi Musa a.s. yang terdapat di dalam Al-Quran dan sumber-sumber sejarah menyatakan bahwa Musa beserta kaumnya menetap di dataran SInai dalam kurun waktu yang lama, sebelum akhirnya Musa wafat. Di samping itu, sumber-sumber sejarah menyebutkan bahwa Nabi Musa a.s. wafat sekira tahun 1316 SM, atau sebelum dimulainya dinasti Firaun ke-19.

[dari judul asli: Fakku Asrari Dzil Qarnain wa Ya`juja wa Ma`juj (Ashluhum Zahunum-Authanuhum) karya Abu Zaid Hamdi bin Hamzah]



Demikianlah Sobat Sarang, uraian panjang berseri ini menyingkap jati diri Iskandar Dzulqarnain sebagai Akhnaton atau Amenhotep IV. Sebenarnya masih banyak fakta menarik mengenai pribadi yang disebut dalam Al-Quran sebagai seorang "lelaki beriman" ini. Jadi, bersambung lagi jangan ya?! :P

Sejarah Nabi Musa Mengungkap Jati Diri Iskandar Dzulqarnain
Adam Troy Effendy
By Pusaka Madinah
Published: 2012-10-19T10:51:00+07:00
Sejarah Nabi Musa Mengungkap Jati Diri Iskandar Dzulqarnain
5 411 reviews
Buku ISuS

Buku Ilmu Sedikit untuk Segala²nya

Sudah terbit buku untuk memudahkan Ikhwan/Akhwat memahami kajian tauhid hakiki yang termuat di situs ini secara lebih tersusun dari anak tangga pemahaman Islam yang paling dasar. Ikhwan yang berminat memiliki buku ini dapat menghubungi penerbitnya langsung di www.midaslearning.co.id

  • Untuk mengetahui seluk-beluk buku lebih komprehensif, lengkap dengan uraian per bab dan video garis besar kajian buku, silakan kunjungi landing page rekanan resmi kami di: www.bukutauhidhakiki.com
  • Untuk memesan buku dari rekanan resmi yang terdekat dengan kota Ikhwan/Akhwat, silakan kunjungi tautan ini: "Kami di Kota Anda".
"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]
Tags:
admin Pusaka Madinah

Pusaka Madinah adalah sebutan untuk ilmu, amal, dan muanayah tauhid hakiki yang menjelaskan sinergi syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat dari kalangan khawwasul khawwas yang disampaikan oleh Mursyid, K.H. Undang bin K.H. Sirad bin K.H. Yahya dengan sanad aly sebagai berikut: (1) Nabi Muhammad Rasulullah Saw., (2) Nabi Khidir a.s., (3) Abdul Aziz ad-Dabarq, (4) Abdul Wahab at-Tazi, (5) Ahmad bin Idris, (6) Muhammad Sanusi, (7) Muhammad Mahdi, dan (8) Muhammad Idris.

14 komentar:

Anonim mengatakan...

:6: Jumah Mubaraakk! :^

kaze kate mengatakan...

euy geura jumaahan :D

hei geus masuk acan, ti kamari saya hariwang bisi nteu asup ~x(

Enny Law mengatakan...

sambung lg atuh om :3:

Unknown mengatakan...

wah wah ternyata gitu toch...analisa yang sangat dalam...dak pernah kefikiran tuch....
kalo ada lanjutannya tak tunggu ya :D

Unknown mengatakan...

Sambung lagi dong kangmux... luamyan buat dongeng anak tidur. daripada cerita berbi ato sinden-rela...

kangmux, kalo ingat nabi musa, saya tiba2 teringat nabi khidr juga nih. sewaktu pencarian beliau mencari HambaAllah yang unik ini (pastinya bukan HambaAllahPenang yaa..hhihi) beliau mencari dengan membawa ikan ya. nah itu ikan apa kang mux? ikan cupang, lohan, atao ikan piranha? mohon pencerahan dari kangmux. kali aja ada di literatur. hehehe...:20:

Anonim mengatakan...

dapat referensi ilmu baru nih, alhamdulillah :)

MUX SPARROW mengatakan...

ayeuna geus poe sabtu euy,, udah lewadh.. :3:

MUX LIMO mengatakan...

Should I...?! :-? ..but...WHY? :] :3:

MUX LIMO mengatakan...

Iya, MasBro.. ane juga waktu pertama tau ini sampe terpukaw-pukaw loh.. :D

InsyaAllah, kelanjutannya sedang dipertimbangkan.. soale ini puanjaaaaang banget bakal berseri-seri..takutnya malah jadi monoton..hehehe.

MUX LIMO mengatakan...

wkakak @sinden-rela.. bisa aja ni Bang Arbi :}} itu lagi.. malah nanya "perkara gaib" jenis ikan yang ada di kisah Khidir-Musa.. itu nanya apa mau nyiksa ane, Bang?! :-? tegaaaa...!! :9:

MUX LIMO mengatakan...

Alhmadulillaah.. MasBro :25:

Unknown mengatakan...

bukan mau nyiksa kang...tapii mau nanya hihii http://4.bp.blogspot.com/-yjAbSnNem1I/T4lo2yQOhhI/AAAAAAAADMI/iXEkROvHK5A/s1600/kade-peso.gif https://lh4.googleusercontent.com/-dWjINDFQ-TM/UFV7H6jjDrI/AAAAAAAAFh0/ssPyjh3EsRI/h120/muahaha.gif
kalo pegel ngetiknya ane bantuin pijit deeehh..mau ya...mau ya...https://lh4.googleusercontent.com/-esPfNBJOoTo/UHWB9xMnrWI/AAAAAAAAGKU/LE77KoCx-Fs/s18/kupi-nanas.gif

MUX SPARROW mengatakan...

Gamauuuu! Masa mau mijit bawa2 belati..!! :9:

Unknown mengatakan...

ini buat kerokannya kang... :3:

 

Barangsiapa menghendaki kebaikan bagi dirinya, niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. (Q.S. Al-Insan:29)

Copyright © Pusaka Madinah| Peta Situs | Designed by Templateism