Bedakan Bicara Barang Gaib dan Bicara Perkara Gaib ~ Pusaka Madinah

burnzone

AD (728x60)

Bedakan Bicara Barang Gaib dan Bicara Perkara Gaib

"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]

Performa dan tampilan terbaik laman ini pada peramban Microsoft Edge. Khusus pengguna perangkat mobile: Apabila ada artikel yang tampilannya terpotong, silakan baca dalam mode landscape. Apabila masih terpotong, artinya artikel tersebut hanya nyaman dibaca via laptop atau PC.
landscape mode.



Salam alaikum, Sobat Sarang...
Sudah bukan rahasia lagi bagi Penunggu Sarang bahwa banyak di antara pengunjung blog ini yang segera bergidik begitu mereka mengira isi blog ini membicarakan hal yang dilarang agama, yaitu membicarakan perkara gaib. Padahal, yang ada di sini sebagian besar membicarakan hal yang termasuk dalam rukun iman; yang bahkan berkali-kali disebutkan dalam Al-Quran, yaitu mengenai barang gaib.


Tahayul itu ternyata tidak melulu urusan budaya. Tahayul dalam agama (Islam) juga rupanya ada. Tahayul yang dimaksud di sini berkaitan dengan pemeo-pemeo salah kaprah yang dianut sebagian besar umat Islam sekarang. Beberapa di antaranya yang berikut ini:


"Ingin tahu soal Tuhan itu dosa!" (??)


Mereka yang menganut tahayul ini mengambil pijakan dalil dari hadis tentang larangan membicarakan Zat Allah. Padahal jika mereka cermat membaca tulisan dan komentar penjelasan di blog ini, pasti mereka pernah membaca penjelasan di postingan lain di blog ini atau di kolom komentar bahwa sebenarnya membicarakan Zat Allah itu bukan saja tidak boleh, melainkan karena membicarakan Zat itu memang tidak bisa; tidak mungkin; mustahil.

Mengapa?
Karena yang dinamakan zat itu bersifat qadim. Artinya tidak bisa dikenali dengan panca indera, tidak bisa ditafsirkan dengan pemikiran maupun imajinasi. Artinya, akal takkan sanggup mencapainya.

Karena zat (mutlak) diciptakan Allah tanpa sebab dan wujudnya laysa kamitslihi syai'un (tidak ada seumpamanya; tidak bisa ditafsir). Sedangkan Allah itu terlebih laysa kamitslihi syai'un.

Meskipun Allah itu Maha laysa kamitslihi syai'un, Allah Swt. Berkehendak untuk dikenali, bukan sekadar diketahui. Bahkan, penjelasan tafsir surah Az-Zariyat (51) ayat:56 yang membahas tujuan penciptaan alam semesta beserta isinya pun menuntut hal pengenalan Allah ini (makrifatullah).


Hei Mux! Jangan bertele-tele.. hubungan dengan judul Bedakan Bicara Barang Gaib dan Bicara Perkara Gaib appaahh!! >:(
Uuups... okeh deh, Gan.. :P


Jadi begini,
Yang dimaksud barang gaib sekaligus halal dibicarakan itu, ialah ciptaan Allah Swt. yang bukan berupa jasad kasar (molekular)seperti yang ada di seisi alam dunia ini. Contohnya: alam barzakh, alam kubur, ruh, malaikat, jin, setan, surga, neraka, dan sebagainya.

Rasulullah Saw. pernah bersabda mengenai kematian sebagai nasihat terbaik. Artinya, ketahuilah ilmu mengenai mati, mengenai malaikat maut, bagaimana cara meraih husnul khatimah, dihubungkan dengan pengetahuan mengenai diri (jasad-nafs-ruh). Bukan mau tahu kapan kita mati.

Pesan-pesan Quran sendiri sebagian di antaranya disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui perantara Malaikat Jibril a.s., sehari-semalam ada 20 malaikat yang menyertai anak-cucu Adam a.s. Lebih baik kenal dengan para malaikat daripada kenal dengan para jin dan setan.

Meskipun ada surah al-Jin dalam Quran, pastikan itu bukan anjuran untuk mau tahu soal jin, alam jin, kehidupan jin, bahkan mau berkomunikasi dengan jin meskipun itu jin muslim. <-- ini yang diharamkan. Yang diharapkan dari surat itu adalah kita mengetahui kedudukan jin dan setan dalam kaitannya dengan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Ingat, jangan mau tertipu oleh Setan-setan Bersorban dan ketahuilah Ciri Manusia yang Dikuasai Jin.

Ingat, satu-satunya manusia yang Allah Swt. perkenankan untuk memerintah jin hanya Nabi Sulaiman a.s. seorang dan tidak diberikan pada manusia lain setelahnya. Beliaulah yang dulu pernah dikaruniai kedudukan sebagai  "Raja Dua Alam" : raja bagi jin dan manusia. Buka Surah al-Baqarah.

Jadi, kalau ada kyai, haji, ustad, ulama yang mengaku bisa berkomunikasi, memerintah, dan atau melukis jin, pastikan dia itu kaum "minal jinnati wannas" yang disebutkan dalam surah an-Nas. Jangan diikuti, bagus kaupantati saja mereka itu!


Sedangkan yang dimaksud perkara gaib itu, yang haram dibicarakan itu, ialah segala sesuatu yang menjadi hak prerogatif Allah Swt. Contohnya: rezeki, jodoh, ajal, dan kapan kiamat terjadi.

Di antara segala sesuatu yang ada dalam hak ketentuan Allah, ada empat hal yang paling ditekankan bahwa itu hak Allah semata dan sama sekali tidak ada hak hamba untuk membicarakannya, yaitu mengenai rezeki, jodoh, ajal, dan kapan kiamat.


Simpulan

Membicarakan tentang Allah Swt. dan barang gaib yang ada di Quran itu boleh dan halal, bahkan dianjurkan.

Bicara soal barang-barang gaib itu halal, toh Quran sendiri berkali-kali menyebutkan, bahkan menerangkan mengenai hal-hal tersebut.

Kalau barang gaib yang tidak ada di Quran, seperti buntat kuning, batu mirah delima, cincin bertuah,  keris mustajab bisa terbang, batu ponari, sabuk keselamatan (bukan safety belt ya, wkwkwkw xD), dan sebagainya itu, ya jangan coba-coba dihalalkan. :P

Allahua'lam.
Bedakan Bicara Barang Gaib dan Bicara Perkara Gaib
Adam Troy Effendy
By Pusaka Madinah
Published: 2012-10-02T21:49:00+07:00
Bedakan Bicara Barang Gaib dan Bicara Perkara Gaib
5 411 reviews
Buku ISuS

Buku Ilmu Sedikit untuk Segala²nya

Sudah terbit buku untuk memudahkan Ikhwan/Akhwat memahami kajian tauhid hakiki yang termuat di situs ini secara lebih tersusun dari anak tangga pemahaman Islam yang paling dasar. Ikhwan yang berminat memiliki buku ini dapat menghubungi penerbitnya langsung di www.midaslearning.co.id

  • Untuk mengetahui seluk-beluk buku lebih komprehensif, lengkap dengan uraian per bab dan video garis besar kajian buku, silakan kunjungi landing page rekanan resmi kami di: www.bukutauhidhakiki.com
  • Untuk memesan buku dari rekanan resmi yang terdekat dengan kota Ikhwan/Akhwat, silakan kunjungi tautan ini: "Kami di Kota Anda".
"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]
Tags: ,
admin Pusaka Madinah

Pusaka Madinah adalah sebutan untuk ilmu, amal, dan muanayah tauhid hakiki yang menjelaskan sinergi syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat dari kalangan khawwasul khawwas yang disampaikan oleh Mursyid, K.H. Undang bin K.H. Sirad bin K.H. Yahya dengan sanad aly sebagai berikut: (1) Nabi Muhammad Rasulullah Saw., (2) Nabi Khidir a.s., (3) Abdul Aziz ad-Dabarq, (4) Abdul Wahab at-Tazi, (5) Ahmad bin Idris, (6) Muhammad Sanusi, (7) Muhammad Mahdi, dan (8) Muhammad Idris.

 

Barangsiapa menghendaki kebaikan bagi dirinya, niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. (Q.S. Al-Insan:29)

Copyright © 2025 Pusaka Madinah| Peta Situs | Designed by Templateism.com