Tips Salat Khusyuk Ultimat: Satu di antara Banyak Cara ~ Pusaka Madinah

burnzone

AD (728x60)

Tips Salat Khusyuk Ultimat: Satu di antara Banyak Cara

"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]

Performa dan tampilan terbaik laman ini pada peramban Microsoft Edge. Khusus pengguna perangkat mobile: Apabila ada artikel yang tampilannya terpotong, silakan baca dalam mode landscape. Apabila masih terpotong, artinya artikel tersebut hanya nyaman dibaca via laptop atau PC.
landscape mode.


Salam alaikum, Sobat Sarang,
Menyambung sekaligus memantapkan pahaman kita pada postingan sebelumnya Tips Salat Khusyuk Tauhidi: Satu di antara Banyak Cara, berikut ini diketengahkan tips salat khusyuk versi ultimatnya. Dikatakan ultimat karena uraian berikut ini langsung dari narasumber utama Sarang, yaitu Syaikh Undang Siradj.
Padahal postingan sebelumnya bersumber dari ilmu sang guru juga sebenarnya...


Baiklah Sobat Sarang, semoga yang di bawah ini bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita semua. Aamiin.

Untuk salat khusyuk, kita harus tahu apa yang dinilai dan dilihat Allah saat kita beribadah.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”.

Karena Allah menilai kita dari hati, jadi bagaimana sebaiknya sikap hati kita pada saat salat? Apa boleh kita baca Fatihah (dan bacaan salat lainnya), sementara hati kita jalan-jalan ke mana-mana; ke selain Tuhan?

Belajarlah membersihkan hati dari apa yang ada dalam pikiran kita. Jika kita belum bisa membersihkan hati dari apa yang ada dalam pikiran, bagaimana bisa kita menghadapkan hati pada Tuhan?!

Kalau pikiran sudah bersih dari yang selain Allah, barulah hati bisa khusyuk. Sebab semua yang ada di dalam pikiran itu isinya nafsu semua. Alasan betapa kita perlu membersihkan hati dari segala yang ada dalam pikiran, itu karena Allah Mengetahui rahasia-rahasia yang ada dalam pikiran kita.

Yang dikatakan khusyuk itu menyatukan pikiran dan perasaan.

Bagaimana caranya?
Diamkan perasaan. Otomatis pikiran bersih dari segala sesuatu.


Bagaimana mendiamkan perasaan itu?
jangan ditarik-tarik ke dalam atau ke luar. Bukan juga mendiamkan (atau menahan) napas, melainkan mendiamkan perasaan.

Kalau tidak bisa mendiamkan perasaan, tentulah kita mudah dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh batin. Inilah yang merusak hati sehingga tidak bisa khusyuk kepada Tuhan. Sebab pengaruh batin itu kebanyakan adalah nafsu, sedangkankan ibadah itu wajib lillahi ta'ala, bukan li nafsu!

Jadi, setiap lillahi ta'ala, ibadah kita pasti billahi ta'ala (dengan Allah terus, tidak ada dengan yang bukan Allah.)

- Syaikh Undang Siradj -



UPDATE
Yang didiamkan itu perasaan, apa hubungannya dengan pusat (udel)? 
Bukankah letaknya perasaan itu di hati dan hati itu ada di dalam dada?

Begini, Sobat Sarang.. Perlu kita ketahui mengenai hadis berikut ini:
“Ingatlah bahwa dalam jasad ada segumpal daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.”

Ingat juga bahwa dalam manusia itu terdiri dari 3in1: jasad--nyawa/jiwa/nafs--ruh. Sifat jasad itu binasa atau tanpa daya, jasad baru bisa bergerak dan hidup karena dipersatukan dengan ruh. Persis seperti robot dengan energi listrik penggeraknya.

Dari pertemuan jasad dengan ruh inilah munculnya jiwa atau nafsu pada manusia. Jiwa ini pada setiap manusia berbeda-beda, sifatnya unik pada diri masing-masing. Itu sebabnya karakter manusia itu berbeda-beda.

Kalau dianalogikan, jiwa atau nyawa atau nafs ini persis merk baterai pada robot tadi. Bisa beda-beda 'kan merknya?! :D Karena merk baterainya beda, ya beda juga hasil yang tampak dalam kinerja si robot.

Jadi, mohon bedakan jiwa (keunikan karakter setiap manusia) dengan ruh. Jiwa atau karakter setiap orang boleh berbeda-beda, tetapi ruh manusia dengan manusia lainnya itu sama, yaitu cenderung pada kebaikan (hanif).

Kaitannya dengan hadis di atas,
Yang dimaksud dengan hati berupa "segumpal daging" di hadis tersebut itu mengacu pada perasaan hati sanubari = jiwa = nafs, sedangkan yang diminta didiamkan dalam salat itu perasaan hati nurani (perasaan di dalam perasaan; perasaannya perasaan) = ruh.

Jadi makna hadis di atas bisa seperti ini:
Jika karakter atau jiwa seseorang itu baik, maka baik jugalah seluruh perbuatannya.

Nah, bagaimana supaya karakter atau jiwa atau hati sanubari yang ada di dada itu baik? Ya musti selaras dengan ruh.

Hati sanubari yang di dalam dada harus selaras dengan hati nurani yang di dalam pusat. Baru bisa betul diamnya perasaan, baru bisa betul khusyuk kita.
Lalu, di mana letaknya hati nurani atau ruh atau Nur Muhammad itu pada jasad kita?
Ya di dalam pusat atau udel itu. Apa argumentasinya?
Di pusatlah pertama kali anak manusia menerima  makanan dan kehidupan (melalui plasenta). Di pusatlah titik tengah jasad manusia dari ubun-ubun hingga ke ujung kaki. Itu juga sebabnya syariat menganjurkan ketika salah itu posisi tangan itu di atas pusat, sedangkan posisi tangan di samping (di atas pinggang) itu khusus untuk salat dalam keadaan perang.

Allahua'lam.

Tips Salat Khusyuk Ultimat: Satu di antara Banyak Cara
Adam Troy Effendy
By Pusaka Madinah
Published: 2012-06-06T18:59:00+07:00
Tips Salat Khusyuk Ultimat: Satu di antara Banyak Cara
5 411 reviews
Buku ISuS

Buku Ilmu Sedikit untuk Segala²nya

Sudah terbit buku untuk memudahkan Ikhwan/Akhwat memahami kajian tauhid hakiki yang termuat di situs ini secara lebih tersusun dari anak tangga pemahaman Islam yang paling dasar. Ikhwan yang berminat memiliki buku ini dapat menghubungi penerbitnya langsung di www.midaslearning.co.id

  • Untuk mengetahui seluk-beluk buku lebih komprehensif, lengkap dengan uraian per bab dan video garis besar kajian buku, silakan kunjungi landing page rekanan resmi kami di: www.bukutauhidhakiki.com
  • Untuk memesan buku dari rekanan resmi yang terdekat dengan kota Ikhwan/Akhwat, silakan kunjungi tautan ini: "Kami di Kota Anda".
"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]
Tags: , , , ,
admin Pusaka Madinah

Pusaka Madinah adalah sebutan untuk ilmu, amal, dan muanayah tauhid hakiki yang menjelaskan sinergi syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat dari kalangan khawwasul khawwas yang disampaikan oleh Mursyid, K.H. Undang bin K.H. Sirad bin K.H. Yahya dengan sanad aly sebagai berikut: (1) Nabi Muhammad Rasulullah Saw., (2) Nabi Khidir a.s., (3) Abdul Aziz ad-Dabarq, (4) Abdul Wahab at-Tazi, (5) Ahmad bin Idris, (6) Muhammad Sanusi, (7) Muhammad Mahdi, dan (8) Muhammad Idris.

16 komentar:

Khartie Kebumen mengatakan...

Terimakasih info/ilmunya....(^_^)

MUX SPARROW mengatakan...

ah.. makasih kembali, Mbak Khartie.. Semoga bermanfaaat :25:

My World mengatakan...

:23: <==<< jangan diganggu lagi praktek mendiamkan perasaan..

MUX SPARROW mengatakan...

wkwkwkkww itu mah lagi praktek ngebul-ngelepus ateuh, Mang Somay :g:
:c: btw, itu roda somay udah dikonci belom?? awas tar rodanya menggorolong, Mang!:g:

Unknown mengatakan...

tes

Unknown mengatakan...

Saya sedikit berbeda memahami persoalan MUDGAH/segumpal daging ini.
Azzikra mengingatkan kita dalam [23:14]
"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik."
Proses penciptaan manusia:
AIR MANI > SEGUMPAL DARAH > SEGUMPAL DAGING (MUDGAH) > TULANG BELULANG > DAGING (LAHM) Pembungkus.

Di tempat lain Azzikra juga mengingatkan kita tentang penciptaan unta. [88:17] "Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan?"

Saat diingatkan tentang penciptaan unta, saya teringat tentang penciptaan kodok. TELUR > KECEBONG > KODOK.
Munculnya kaki dan tangan kodok pada saat fase kecebong ini.
http://3.bp.blogspot.com/_JlecVsu4S7s/THRyJ7PJCqI/AAAAAAAAAKg/6450Db0jUPc/s400/janin.jpg
Pertanyaannya apa hubungannya dengan MUDGAH yang ada pada manusia?

Perhatikan saat janin berusia 0--1 bulan. Mirip telur > kecebong > kodok. Badan, tangan, dan kaki bermunculan (tentunya ditopang olah tulang belulang). Pada saat tangan dan kaki belum muncul yang tampak pada janin hanyalah bulatan seperti otak, seakan-akan otak itulah MUDGAH dan kemudian dilindungi dengan batok kepala. Bahkan kalau melihat perkembangan plasenta, plasenta itu muncul bersamaan dengan munculnya mudgah baru pada tahap berikutnya bersambungan dengan pusar.

Wallaahu a'lam.
http://www.lusa.web.id/wp-content/uploads/2011/06/plasenta-180x180.jpg

Selengkapnya baca di:

http://arycoloum.blogspot.com/2010/08/kehamilan-perkembangan-janin.html

http://www.lusa.web.id/plasenta/

Unknown mengatakan...

Tambahan ilustrasi :-)
http://ruparuparumpi.files.wordpress.com/2009/06/kecebong.jpg

Unknown mengatakan...

Dan antara otak, daging, dan tulang pada diri manusia terjalin keterkaitan sebagai berikut.
Tulang kita dibungkus daging (lahm), tapi otak kita dibungkus tulang. Memang dalam Alquran tidak disebut yang diciptakan pertama itu DIMAGH (OTAK), tapi MUDGAH. Tapi, saat melihat proses pembentukan plasenta sudah muncul sebelumnya segumpal daging yang mirip otak...
Wallaahu a'lam

Unknown mengatakan...

Perhatikan lagi saat proses kematian. Dari sekujur tubuh ini, yang pertama tidak merespons saat manusia dicabut nyawanya adalah kaki dan berakhir di kepala. Karena itu ada definisi kematian dari kedokteran bahwa seseorang disebut sudah mati ketika batang otaknya dinyatakan secara medis sudah tidak berfungsi, bukan lagi berhentinya jantung.
cek di http://id.wikipedia.org/wiki/Tanatologi

MUX SPARROW mengatakan...

haduh!! sudah ngetik panjaaang.. tiba2 autorefresh template blog ini bekerja.. ilang lagi.. sebentar Mas, musti ketik dari awal lagi.. :9: supaya gak trulang, tanggapan komentar saya ketik dulu di notepad nih.. :17:

MUX SPARROW mengatakan...

Setuju, Mas Sena.. Memang dari sisi fisiologis, otak adalah panglima. Analisis Mas Sena memang mengena saya kira. sebab memang Al-Mukminuun:23 menceritakan proses kejadian fisik manusia.

Di sisi lain, hadis Rasulullah Saw. menjelaskan bagian metafisis manusia.
Maksud pembicaraan saya barusan begini, Mas. Mari kita untuk sementara kita pisahkan keesaan 3in1 yang ada dalam diri manusia, yaitu segi:
1. fisik = bagian manusia yang bisa dilihat-diraba (diindera);

2. metafisik = bagian manusia yang sebagian bisa diindera, sekaligus ada bagiannya yang tidak bisa diindera.

3. nonfisik = bagian manusia yang sama sekali tidak bisa diindera, kecuali kita lihat gejalanya pada bagian fisik manusia. <-- karena hanya bagian ini yang bisa diobservasi secara utuh-menyeluruh, dan meyakinkan.

Secara fisiologis, otak adalah panglima. Otaklah yang menerima laporan "dunia luar" untuk kemudian memerintahkan bentuk respons atau reaksi kepada organ tubuh lainnya. Otak adalah organ "pemikir". Meski demikian, sebenarnya pengambilan keputusan dari organ otak itu amat erat dengan hasil pertimbangan dari indera metafisis, yaitu hati (<-- bagian tubuh yang bisa diraba-dilihat, tapi kinerjanya hanya bisa dirasakan karena memang hati ini indera perasa)

Argumentasinya:
Ketika kita melakukan aktivitas yang sifatnya objektif, seperti berpikir dan mengingat, bisa kita rasakan itu terjadi di kepala (tempat otak berada), sampai2 ada istilah "berpikir di luar kepala". Ketika kita terlalu banyak berpikir dan mengingat, jelas terasa bagian kepala yang sakit (pening).

Tapi, ketika kita mengalami hal-hal yang sifatnya subjektif, seperti aktivitas malu, takut, marah, atau sakit hati yang ekstrem, mengapa bagian dada yang sakit (sesak)?? Sampai2 ada istilah "sakit hati."

MUX SPARROW mengatakan...

*lanjutan: Jadi, saya cenderung berpandangan bahwa berpikir dan merasa secara fisikal/jasadi merupakan kolaborasi antara organ otak dan organ hati. <-- inilah yang membentuk jiwa, watak, ego atau kesadaran.

Kesadaran = pikiran plus perasaan.

Di Quran disebutkan bahwa manusia itu (lahir-batinnya) cenderung pada kebaikan (hanif) sehingga ketika beribadah mestinya tidak mengalami gangguan. Tapi, Quran juga mengingatkan bahwa musuh manusia itu menyerang pada lahir-batin.

Ingat bahwa makhluk jin fasik (setan) itu adalah makhluk metafisik, mereka secara fisik ada di pembuluh darah manusia, menunggangi darah, hingga masuk ke dalam organ hati untuk membisikkan kesesatan. Di hati, setan lalu membisikkan kesesatan. Lalu darah yang "berisi bisikan sesat" itu dari hati ini dipompakan oleh jantung ke otak dan ke seluruh tubuh.

Mengapa setan kalau beraksi itu musti masuk ke organ hati dulu? Ingatlah, bukankah organ hati (liver) itu tempat regenerasi sel-sel darah? Kalau tidak salah, tubuh kita "ganti darah" itu setiap 2 bulan sekali. Bayangkan, kalau sel-sel darah yang mengalir selama dua bulan ke otak dan seluruh tubuh itu berisi "racun maksiat", pasti kita tidak mudah untuk istiqamah dalam kebaikan dan sulit untuk khusyu!

Ingat juga, kaitan darah-otak dan kecerdasan. secara ilmiah otak memang adalah organ yang paling sedikit mengandung darah. Tapi, kalau darah yang terpompa ke otak jauh lebih sedikit daripada biasanya, dikatakan otak manusia waktu itu sedang "bego". Contohnya ketika manusia sedang bersenggama. :P

Nah, karena setan punya misi menyimpangkan fokus kesadaran (pikiran dan perasaan) manusia untuk kekal kepada Tuhan melalui otak dan darah, satu-satunya cara adalah dengan mendiamkan keduanya. Kalau keduanya didiamkan, meskipun setan menunggangi "kendaraan" darah mengalir di seluruh tubuh, bisikan-bisikannya tidak akan berpengaruh. Sebab ketika kita mendiamkan pikiran dan perasaan; yang berkuasa atas diri kita ini adalah Kesadaran Tertinggi (yaitu ruh).

Jin itu makhluk metafisik, maka ketika kesadaran (<--campuran fisik-metafisik) ini kita ubah ke dalam bentuk nonfisik. Sangat logis kalau si makhluk metafisik itu tidak bisa mengganggu lagi. Sebab objek yang mau diganggunya sudah berubah menjadi yang nonfisik (sudah beda dimensinya :D )

Benar bahwa secara fisik yang dikatakan mati itu berhentinya gelombang otak sekaligus berhentinya pompaan darah dari jantung. Tapi itu sekadar kematian fisik, sedangkan yang disebut benar-benar mati itu adalah berhentinya kuasa jiwa atas raga. Berhentinya kuasa pikiran dan perasaan atas raga. Pikiran dan perasaan yang ketika hidup bersifat aktif, setelah mati menjadi pasif. Hanya bisa menikmati senang ketika jasadnya mendapat nikmat kubur dan hanya bisa sedih dan pedih ketika jasadnya mendapat azab kubur <-- meskipun kesadarannya menjerit, amat menolak, amat tidak mau mendapatkan siksa ini.

Gitu kira-kira Mas Sena.. maaf kalau penjelasannya menurut Mas ngawur or ngelantur.. sebab memang yang kita bicarakan ini kait-kait simpang-siur antardimensi, yaitu dimensi fisik-metafisi-nonfisik. Allahua'lam. makasih atas diskusi ini, Mas :)

Anonim mengatakan...

kenapa ya Ruh sedih jika jasad di siksa/sedang dalam penderitaan?

jawabannya ada di dua ayat terakhir surat at taubah.
"laqodjaakum rosuulum min anfusikaum. aziizun alaihima anittum"
artiannya bahwa telah ada di "sama-tengah-hati" mu Rasul, yang berat baginya terasa penderitaan mu dan sangat ingin kebaikan bagi mu.

Ruh = Rasulullah = Utusan Allah = Amri Robbi :)

-Arbi-

MUX SPARROW mengatakan...

what an amazing analisys u've made here, Dear Bro.. :8:

Anonim mengatakan...

Siapa dulu dong mentornya.. hehehe... salam mesra dan rindu karena Allah wahai sahabat ruhani :)

-Arbi-

MUX SPARROW mengatakan...

siapa ya the mentor ityuh? :10: :3:
Salam mesra dan rindu juga padamu, Sohib! :25:

 

Barangsiapa menghendaki kebaikan bagi dirinya, niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. (Q.S. Al-Insan:29)

Copyright © Pusaka Madinah| Peta Situs | Designed by Templateism