Isra Miraj: Ujian Keyakinan (1/2) ~ Pusaka Madinah

burnzone

AD (728x60)

Isra Miraj: Ujian Keyakinan (1/2)

"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]

Performa dan tampilan terbaik laman ini pada peramban Microsoft Edge. Khusus pengguna perangkat mobile: Apabila ada artikel yang tampilannya terpotong, silakan baca dalam mode landscape. Apabila masih terpotong, artinya artikel tersebut hanya nyaman dibaca via laptop atau PC.
landscape mode.
                                                                                                                                                   

Salam alaikum, Sobat Sarang..
Peristiwa Isra Miraj merupakan nikmat Allah yang tiada terkira atas diri Rasulullah Saw. Peristiwa itu juga memperlihatkan kekuasaan Allah yang sama sekali tidak terbatas. Suatu malam, Rasulullah melakukan Isra dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Saat itulah Rasulullah menerima perintah salat lima waktu. Umat Islam kemudian melaksanakan kewajiban ini sepanjang masa pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Peristiwa itu direkam dalam ayat-ayat berikut:

سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلاً۬ مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِى بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُ ۥ لِنُرِيَهُ ۥ مِنۡ ءَايَـٰتِنَآ‌ۚ إِنَّهُ ۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya [1] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda [kebesaran] Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (al-Isra`[17]:1)



Perjalanan itu kemudian dilanjutkan ke Sidratul Muntaha {dimensi tertinggi}. Allah berfirman,



وَٱلنَّجۡمِ إِذَا هَوَىٰ (١) 
مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمۡ وَمَا غَوَىٰ (٢) وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ (٣) إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡىٌ۬ يُوحَىٰ (٤) عَلَّمَهُ ۥ شَدِيدُ ٱلۡقُوَىٰ (٥) ذُو مِرَّةٍ۬ فَٱسۡتَوَىٰ (٦) وَهُوَ بِٱلۡأُفُقِ ٱلۡأَعۡلَىٰ (٧) ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّىٰ (٨) فَكَانَ قَابَ قَوۡسَيۡنِ أَوۡ أَدۡنَىٰ (٩) فَأَوۡحَىٰٓ إِلَىٰ عَبۡدِهِۦ مَآ أَوۡحَىٰ (١٠) مَا كَذَبَ ٱلۡفُؤَادُ مَا رَأَىٰٓ (١١) أَفَتُمَـٰرُونَهُ ۥ عَلَىٰ مَا يَرَىٰ (١٢) وَلَقَدۡ رَءَاهُ نَزۡلَةً أُخۡرَىٰ (١٣) عِندَ سِدۡرَةِ ٱلۡمُنتَهَىٰ (١٤) عِندَهَا جَنَّةُ ٱلۡمَأۡوَىٰٓ (١٥) إِذۡ يَغۡشَى ٱلسِّدۡرَةَ مَا يَغۡشَىٰ (١٦) مَا زَاغَ ٱلۡبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ (١٧) لَقَدۡ رَأَىٰ مِنۡ ءَايَـٰتِ رَبِّهِ ٱلۡكُبۡرَىٰٓ 

Demi bintang ketika terbenam, kawanmu [Muhammad] tidak sesat dan tidak pula keliru,  dan tiadalah yang diucapkannya itu [Al Qur’an] menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan [kepadanya], yang diajarkan kepadanya oleh [Jibril] yang sangat kuat,  Yang mempunyai akal yang cerdas; dan [Jibril itu] menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat [pada Muhammad sejarak] dua ujung busur panah atau lebih dekat [lagi]. Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya [Muhammad] apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya [1]. Maka apakah kamu [musyrikin Mekah] hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu [dalam rupanya yang asli] pada waktu yang lain, [yaitu] di Sidratil Muntaha [2]. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, [Muhammad melihat Jibril] ketika Sidratulmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya [Muhammad] tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak [pula] melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda [kekuasaan] Tuhannya yang paling besar. (an-Najm [53]:1-18)


Keesokan harinya Rasulullah menceritakan peristiwa itu pada warga Mekah. Kaum kafir Quraisy merasa heran dan tak percaya. Bagaimana mungkin Muhammad melakukan perjalanan dari Mekah ke Yerusalem pergi-pulang dalam semalam? Bagaimana mungkin? Sedangkan mereka membutuhkan waktu dua bulan--sebulan untuk pergi dan sebulan untuk pulang--untuk menempuh perjalanan yang sama. Tentu saja mereka tidak dapat memahami bahwa bagi Allah Yang Mahakuasa, tidak ada yang tidak mungkin.

Muth`im ibnu Adi sendiri berkata,"Apa yang engkau katakan sebelum ini adalah persoalan sepele. Tetapi tidak kali ini. Aku bersaksi bahwa engkau berdusta. Demi Lata dan Uzza, aku tidak percaya kepadamu."
Beberapa orang segera mendatangi Abu Bakar dan menceritakan apa yang mereka dengar dari Rasulullah. Abu Bakar pun segera mendatangi Rasulullah dan bertanya,
"Wahai Nabi Allah, apakah benar engkau datang dari Masjidil Aqsha tadi malam?"
"Ya," jawab Rasulullah.
"Kalau begitu, gambarkanlah kepadaku ciri-cirinya. Aku pernah datang ke sana."


Rasulullah kemudian menggambarkan apa yang dilihatnya di Masjidil Aqsha. Pada setiap bagian, Abu Bakar selalu berseru, 
"Engkau benar. Aku bersaksi bahwa engkau utusan Allah."        
Rasulullah berkata, 
"Dan engkau, Abu Bakar, adalah ash-shiddiq,'yang benar dan dapat dipercaya.'"


Sejak saat itulah Abu Bakar terkenal dengan julukan ash-shiddiq yang disematkan Rasulullah kepadanya. Sementara itu, menanggapi peristiwa Isra Miraj, orang-orang terbagi menjadi dua kelompok: mereka yang percaya dan mereka yang tidak percaya. Kaum kafir Quraisy termasuk kelompok yang kedua. Peristiwa itu justru mereka jadikan sebagai senjata untuk memperolok-olok Nabi habis-habisan. Sedangkan kaum mukmin merasa bahwa Isra Miraj merupakan penghormatan Allah kepada rasul-Nya. Mereka bertambah yakin akan kekuasaan Allah dan semakin mencintai Rasulullah.


Ada sekelompok orang yang telah memeluk Islam, tapi belum memiiki iman yang kokoh. Bagi mereka ini, peristiwa Isra Miraj benar-benar menguncang keyakinan. Mereka pun murtad dan kembali ke kekafiran. 
Adalah sebuah hikmah dari Allah bahwa peristiwa Isra Miraj ternyata membersihkan umat Islam dari orang-orang yang bersikap setengah-setengah dan ragu-ragu. Islam hanya layak dipeluk oleh orang-orang yang kuat dan teguh memegang keimanan.

Merekalah teladan paling tinggi dalam keimanan. Dan pada gilirannya nanti, mereka inilah yang turut hijrah ke Madinah bersama Rasulullah dan mengambil peran penting dalam perjuangan menegakkan Islam.

                                     Ya Nabi, salam alaika,... Ya Rasul, salam alaika....

Nah, Sobat Sarang... demikianlah cara Allah menguji umat Islam masa awal. Bagaimana dengan kita, umat Islam masa kini? Apakah hikmah Isra Miraj ini mengandung ujian juga bagi kita sekarang? Jawabnya adalah: Ya. Seperti apa ujian Isra Miraj bagi kita masa kini? InsyaAllah, akan saya sampaikan pada tulisan bagian kedua. So, stay tuned ya...!! 'Kan bukan hanya cerita silat yang boleh bersambung... hehehe :D

{Disadur dengan beberapa penyesuaian dari buku Khadijah Ummul Mu`minin; Nazharat fi Isyraqi Fajril Islam karya Abdul Mun`im Muhammad Umar. Diterbitkan di Indonesia oleh Pena Pundi Aksara, Jakarta pada tahun 2010 (cetakan IX) dengan judul Khadijah: The True Love Story of Muhammad.} 
Isra Miraj: Ujian Keyakinan (1/2)
Adam Troy Effendy
By Pusaka Madinah
Published: 2011-06-30T05:02:00+07:00
Isra Miraj: Ujian Keyakinan (1/2)
5 411 reviews
Buku ISuS

Buku Ilmu Sedikit untuk Segala²nya

Sudah terbit buku untuk memudahkan Ikhwan/Akhwat memahami kajian tauhid hakiki yang termuat di situs ini secara lebih tersusun dari anak tangga pemahaman Islam yang paling dasar. Ikhwan yang berminat memiliki buku ini dapat menghubungi penerbitnya langsung di www.midaslearning.co.id

  • Untuk mengetahui seluk-beluk buku lebih komprehensif, lengkap dengan uraian per bab dan video garis besar kajian buku, silakan kunjungi landing page rekanan resmi kami di: www.bukutauhidhakiki.com
  • Untuk memesan buku dari rekanan resmi yang terdekat dengan kota Ikhwan/Akhwat, silakan kunjungi tautan ini: "Kami di Kota Anda".
"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]
Tags: ,
admin Pusaka Madinah

Pusaka Madinah adalah sebutan untuk ilmu, amal, dan muanayah tauhid hakiki yang menjelaskan sinergi syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat dari kalangan khawwasul khawwas yang disampaikan oleh Mursyid, K.H. Undang bin K.H. Sirad bin K.H. Yahya dengan sanad aly sebagai berikut: (1) Nabi Muhammad Rasulullah Saw., (2) Nabi Khidir a.s., (3) Abdul Aziz ad-Dabarq, (4) Abdul Wahab at-Tazi, (5) Ahmad bin Idris, (6) Muhammad Sanusi, (7) Muhammad Mahdi, dan (8) Muhammad Idris.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Pertamax Gan... ^_^

-Arbi-

MUX SPARROW mengatakan...

:8:

Ayoe mengatakan...

Yang ini sambungannya udah ada belum ya ?

 

Barangsiapa menghendaki kebaikan bagi dirinya, niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. (Q.S. Al-Insan:29)

Copyright © Pusaka Madinah| Peta Situs | Designed by Templateism